Suara.com - Pesona mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ternyata belum memudar meski ia tak lagi menjabat. Terbukti, ketika kasus dugaan eksploitasi ABK Indonesia di kapal China mencuat, warganet masih mencari-cari dirinya meski hanya lewat media sosial.
Namun, kali ini ia mendapat serangan dari seorang pengguna Twitter bernama @sudiar_bambang. Susi diserang hanya karena membagikan berita tentang derita ABK Indonesia di kapal China.
"BBC News Indonesia | ABK Indonesia di kapal China: 'Tidur hanya tiga jam, makan 'umpan ikan', hingga pengalaman pahit yang sulit dilupakan melarung jenazah teman," tulis Susi via akun Twitter-nya @susipudjiastuti.
Namun, unggahan tersebut rupanya memantik beberapa warganet berkomentar negatif. Salah satunya yakni @sudiar_bambang yang menyebut dirinya sebagai kadrunwadon.
Baca Juga: Kisah Perajin Sarung Tenun di Gresik yang Diputus Kontrak Terdampak Pandemi
"Lama-lama ibu ini kadrunwadon. Anda enggak cocok ceriwis begini bu. Kembalilah seperti ibu Susi yang dulu," tulis akun @sudiar_bambang via Twitter.
Tak disangka, jika sebelumnya ia jarang menanggapi cuitan dari warganet, kali ini pengusaha maskapai Susi Air itu membalas serangan yang ia terima.
"Kadrunwadon???? Itu BBC juga kadrun???? Saya pikir kamu ngelindur atau salah makan," balas @susipudjiastuti.
Ia juga mengatakan dirinya tak masalah dijuluki kadrun, cebong, atau monyet sekalipun. Baginya, yang terpenting adalah memperjuangkan keselamatan ABK yang saat ini permasalahannya tengah menjadi sorotan publik.
"Otak yang ada di dalam kepala ini saya banggakan karena kehebatannya tidak nyampai level otak Saudara & berpikir kapal ikan pelaku IUUF yang melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap anak-anak kita adalah bagian dari negara kita. Karena itu Saudara namakakan saya kadrun, cebong, monyet sekalipun tidak masalah!" terang Susi.
Baca Juga: Kabar Eks Manusia Perahu Kampung Akuarium saat Pandemi Corona
Selang tak berapa lama, akun tersebut kemudian meminta maaf dan mengatakan hal itu ia lakukan hanya untuk mencari perhatian mantan Menteri Susi Pudjiastuti.