Suara.com - PANDEMI Covid-19 di Tanah Air, rasanya menjalar, bercabang, dan membentuk kenyataan baru. Banyak hal baru yang hadir di tengah kehidupan masyarakat: seretnya perekonomian hingga reproduksi ketakutan yang berjalan secara masif.
Namun, ada kenyataan baru yang bisa dijumpai di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Sebuah kawasan dengan narasi yang panjang. Sebuah kawasan yang pernah menghadapi musuh nyata: penggusuran.
Pada 2016, saat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, kampung ini digusur. Alasan revitalisasi dan menduduki tanah negara menjadi narasi yang dimunculkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kala itu.
******
Baca Juga: Bela Said Didu, Munarman FPI: Kasus Ini Diprioritaskan Melebihi Pandemi
Tiba di sekitar Kampung Akuarium, saya dan Yohanes --rekan sesama jurnalis-- harus melewati portal yang tidak sepenuhnya tertutup. Kami berdua harus menunduk untuk bisa masuk ke dalam Kampung Akuarium.
Kedatangan kami langsung disambut oleh Topaz Juanda, Ketua RT. 12 RW. 04, Penjaringan, Jakarta Utara. Kami berbicara banyak hal soal pandemi Covid-19 yang mewabah di Tanah Air hingga cara komunal Kampung Akuarium mengatasinya.
Diakui Topaz, tak ada kasus Covid-19 di Kampung Akuarium. Artinya, tidak ada warga yang dinyatakan positif atau masuk dalam kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan pasien dalam pemantauan (PDP).
"Iya. Di sini 0 kasus," ucap Topaz, Selasa (12/5/2020).
Topaz mengatakan, warga yang menghuni Kampung Akuarium sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi virus Corona. Sebelum Provinsi DKI Jakarta menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada awal April 2020, warga Kampung Akuarium sudah 'sedia payung sebelum hujan'.
Baca Juga: Waduh! Bule Asal Belarus Jadi Gelandangan di Bali, Ngamuk Minta Rokok
Topaz bertutur, pihaknya telah mempersiapkan kebutuhan dasar bagi para warganya. Misalnya, memberikan masker, mendata warganya sudah lanjut usia, hingga menerapkan tutup portal.