Suara.com - Virus Corona sempat punya istilah lain di awal-awal penyebarananya ke penjuru dunia. Corona acapkali disebut 'virus orang kaya' karena pada awalnya hanya menyerang kaum berduit.
Berbeda dengan pandemi yang telah terjadi sebelumnya, virus Corona lebih dulu menyasar orang-orang kelas atas mulai dari pelancong yang kembali dari perjalanan bisnis di China, sekolah dan berlibur di Eropa.
Menyadur Los Angeles Times, kondisi itu sempat membuat masyarakat miskin dan kelas pekerja diberbagai negara yakin pandemi Covid-19 tak akan menyentuh mereka.
Persepsi semu itu bahkan dipromosikan oleh para pemimpin dunia, termasuk Gubernur negara bagian Puebla Meksiko, Luis Miguel Barbosa.
Baca Juga: Peneliti Duga Virus HEV Tikus Sudah Ada Sejak Lama, ini Saran Pencegahannya
Barbosa menyebut pada Maret lalu bahwa orang-orang miskin punya kekebalan dalam menghadapi virus bernama ilmiah SARS-CoV-2 tersebut.
"Jika Anda kaya, Anda berisiko, tetapi jika Anda miskin, Anda tidak. Orang miskin, kita kebal," celetuk Barbosa dikutip dari LA Times, Selasa (12/5/2020).
Namun, pandangan-pandangan salah kaprah itu tak bertahan lama dipikiran publik. Fakta bahwa virus Corona kini menyebar ke seantero dunia, termasuk ke pabrik-pabrik dan pemukiman miskin jadi penyebabnya.
Worldometers mencatat pandemi Covid-19 telah menyerang lebih dari 4,2 juta orang dengan total kematian menembus angka 287 ribu lebih.
Pandemi Covid-19 kekinian mulai meneror masyarakat miskin, yang sebelum datangnya pandemi pun sudah hidup susah dengan berkutat pada kelaparan dan minimnya standar kesehatan.
Baca Juga: Klaster Klab Malam Korsel: Pria Positif Corona Berpesta Bareng 7.200 Orang
"Pada tahap yang sangat, sangat awal, penyakit ini dapat dianggap sebagai penyakit orang kaya," kata Joshua Loomis, asisten profesor biologi di East Stroudsburg University di Pennsylvania dan penulis sejarah epidemi.
"Tapi seperti yang kita tahu, tidak butuh waktu lama (bagi virus Corona, Red) untuk mengakar di antara orang miskin, dan di situlah sebagian besar pandemi tertarik."
Dalam sejarah umat manusia melawan pandemi, LA Times melaporkan bahwa orang-orang kaya selalu punya amunisi lebih untuk terhindar atau menyelamatkan diri dari penyakit.
Saat epidemi kolera menghantam dunia di awal abad ke-19, Rusia memutuskan mengunci lingkungan kelas bawah di kota St. Petersburg, di mana kebijakan itu menimbulkan kemarahan warga kelas bawah.
Sama halnya dengan Nazi di tahun 1930-an. Demi mencegah penyebaran penyakit tifus, kelompok pimpinan Adolf Hitler itu mengisolasi orang Yahudi ke Ghetto seraya membiarkan mereka mati terinfeksi.
Namun, apa yang terjadi pada pandemi virus Corona berlangsung terbalik. Orang-orang kaya lebih dulu terinfeksi, dan si miskin pada akhirnya tak jua punya kekuatan untuk membatasi penyebaran virus.
Kronologi penyebaran virus Corona di India bisa menjadi gambaraan bahwa orang miskin tak punya kekuatan seperti yang dilakukan orang-orang kaya dalam membendung pandemi pada masa silam.
Kasus pertama infeksi Covid-19 di India terdeteksi pada Januari saat seorang mahasiswa kedokteran kelas menengah memutuskan pulang setelah mengenyam studi di Wuhan, China.
Saat itu, pemerintah India hanya melakukan pengujian pada masyarakat yang memiliki riwayat perjalanan. Kehidupan sehari-hari tetap berlangsung.
Para pelayan, pengemudi, buruh yang mencari nafkah di pusat-pusat kota tak memiliki kendali untuk menjaga jarak dengan orang-orang kelas menengah ke atas.
Mereka pulang menggunakan transportasi umum dan berdesak-desakan di kereta sebelum akhirnya kembali kepada keluarganya di daerah-daerah penyangga.
Pada pertengahan Maret, kasus pertama yang menginfeksi orang miskin di India pun muncul.
Pembantu rumah tangga berusia 68 tahun diduga terinfeksi virus Corona dari sang majikan yang baru kembali dari Amerika Serikat.
Peristiwa itu membuat pemerintah India menekan kebijakan lockdown nasional. Namun para aktivis menganggap keputusan itu sedikit terlambat lantaran India tak sesegera mungkin menutup akses bandara saat kasus Corona kali pertama muncul.
"Mereka yang kembali dari luar negeri jelas tidak miskin," kata Bhatti. "Jika kita mengkarantina mereka pada awalnya, India akan berada dalam posisi yang lebih baik hari ini."
Kim Jungyoung, seorang profesor sosiologi di Universitas Kyung Hee Korea Selatan menuding orang-orang kelas atas cendrung oportunitis dan mementingkan diri sendiri di masa pandemi Covid-19.
Setelah wabah virus Corona menyebar di dunia, para mahasiswa Korea Selatan yang belajar di luar negeri berbondong-bondong pulang.
Padahal, selama beberapa tahun terakhir mereka terlihat amat menikmati hidup di negeri orang.
"Kelas kaya memiliki keuntungan transnasional karena dapat memilih untuk belajar di luar negeri," kata Kim Jungyoung
"Sekarang mereka berada di tempat yang sulit dan memilih kembali, bagi beberapa orang, apa yang mereka lakukan tampak seperti oportunis yang egois."