Tetapi ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan dalam proses pemakaman singkat yang ingin dihidupkan kembali oleh raja, termasuk peluang untuk mengungkap perasaan kesedihan bagi keluarga yang ditinggalkan.
"Banyak keluarga berbagi dengan kami soal beberapa tantangan yang mereka hadapi diantaranya mereka tidak bisa berduka seperti biasanya di waktu-waktu seperti sekarang ini," kata Siyabulela Jordan, pemilik perusahaan Pemakaman Sinoxolo yang berbasis di Eastern Cape.
"Semua kejayaan khas Afrika dalam urusan pemakaman dibayangi oleh peraturan, yang menjadikan seluruh prosesi pemakaman berubah. Mereka juga tidak bisa melakukan kontak fisik seperti halnya merangkul atau memeluk anggota keluarga karena faktor jaga jarak seperti yang diterapkan saat ini."
Delapan bulan yang lalu, saya kehilangan ibu mertua, seorang perempuan yang sangat saya cintai dan hormati.
Baca Juga: Cegah PHK, Pemerintah Izinkan Warga di Bawah 45 Tahun Kembali Bekerja
Kami merasa sangat berduka, namun banyak orang yang memberi dukungan, bahkan dari orang-orang yang mengenalnya saat dia menjadi petugas medis di usia 30 an. Mereka mendengar berita kematiannya dan harus datang untuk menghibur anak-anaknya.
Dan setiap hari, tenggelam dalam persiapan dan sejumlah pelayat yang keluar masuk rumah, ritual rumit menjadi semacam upaya untuk menerima kenyataan.
'Perlu konseling' setelah pemakaman terbatas
Fikeni mengatakan bahwa bagian penting dari proses berduka ini perlu diperhitungkan dalam pengaturan baru.
"Mungkin dibutuhkan konseling bagi mereka yang terpaksa mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai dengan cara seperti ini."
Baca Juga: Berkerumun di Jakarta Akan Dapat Sanksi Sapu Jalan hingga Denda Rp 250 Ribu
Namun kebutuhan untuk menemukan cara baru melakukan pemakaman bukan hanya masalah di pedesaan.