Suara.com - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengakui akurasi rapid test covid-19 dari PT Kimia Farma masih rendah.
Indonesia melalui PT Kimia Farma sebelumnya menerima 300 ribu Rapid Test Biozek Covid-19 IgG / IgM dari Belanda pada 10 April 2020. Namun, kekinian Rapid Test Biozek tersebut dinilai bermasalah.
Dari hasil investigasi Majalah Tempo bersama Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP), menemukan tingkat akurasi alat tes cepat atau rapid test merek Biozek yang kekinian diketahui produksi China itu diragukan.
"Menyangkut alat rapid tes, perlu kita ketahui bersama tingkat akurasi rapid test ini masih rendah," kata Doni saat konferensi pers secara virtual, Senin (11/5/2020).
Baca Juga: Imam Sholat Diduga Tularkan Virus Corona di Musala Tambora Jakbar
Doni menjelakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menjadikan rapid test sebagai alat ukur bagi manusia terpapar Covid-19.
Sedangkan pemerintah Indonesia kata Doni, masih memberikan prioritas kepada pemeriksaan test swab.
"Makanya sampai sekarang WHO belum jadikan rapid test sebagai alat ukur seseorang terpapar Covid-19. Masih memberikan prioritas kepada pemeriksaan Swab PCR test," ungkapnya.