Suara.com - Jika kebanyakan PR atau pekerjaan rumah seorang siswa mengerjakan soal mata pelajaran, namun berbeda dengan seorang siswi di Malaysia ini.
Ia memiliki 'pekerjaan rumah' menjahit alat pelindung diri (APD) yang dibagikan ke tenaga medis di rumah sakit di sekitar rumahnya. Ia memulai inisiatifnya ini ketika mendengar bahwa rumah sakit setempat sedang mencari orang untuk menjahit APD.
"Saya merasa kasihan, jadi saya memberi tahu ibu bahwa saya ingin membantu (menjahit)," ujar Nur Afia kepada Reuters di rumahnya di Kuala Pilah, Negeri Sembilan, Malaysia.
Menyadur dari Reuters, Nur Afia mulai belajar menjahit sejak usia lima tahun dan dapat membuat empat baju APD dalam sehari. Ia mulai menjahit antara waktu bermain dan setelah mengikuti kelas online karena sekolah ditutup akibat lockdown.
Baca Juga: Mantan TKI Ilegal di Malaysia: Mengajar soal Indonesia di Pedalaman Sabah
Sejak awal Maret, Nur Afia telah membuat 130 baju APD untuk dua rumah sakit terdekat. Sebanyak 60 buah lagi sedang dalam pengiriman.
Meskipun bulan ini Nur Afia menjalankan ibadah puasa karena keluarganya Muslim, namun tidak menghentikannya untuk terus menjahit. Dia sering mulai menjahit setelah makan sahur.
Hasnah Hud, sang ibunda mengungkapnya bahwa putrinya menjadi lebih termotivasi setelah melihat foto-foto tenaga medis mengenakan baju yang dibuatnya.
"Dia berkata, 'Bu, saya rasa saya tidak punya pekerjaan sekolah jadi saya ingin menjahit lebih banyak'," ujar Hasnah.
Nur Afia tertarik untuk menjahit setelah menyaksikan ibunya yang juga seorang penjahit, membuat pakaian untuk dijual di bisnis rumahannya.
Baca Juga: Di Tengah Lockdown, Suami di Malaysia Asyik Unjuk Gigi Hasil Masakan
Seiring meningkatnya keterampilan Nur Afia, ia mulai mendapatkan uang sendiri dengan menjahit sarung bantal dan menambal pakaian yang robek milik tetangga dan kerabat keluarga.
Hingga kini, kasus positif COVID-19 di Malaysia sudah mencapai 6.656 menurut data Worldometers pada Senin (11/05). Sebanyak 108 meninggal dunia dan 5.025 pasien berhasil sembuh.
Negara tersebut memberlakukan pembatasan untuk membendung wabah virus pada 18 Maret, meskipun beberapa pembatasan telah dilonggarkan awal bulan ini.