Studi Terbaru: Virus Corona Perpendek Umur Pasien Hingga 10 Tahun

Senin, 11 Mei 2020 | 11:07 WIB
Studi Terbaru: Virus Corona Perpendek Umur Pasien Hingga 10 Tahun
Ilustrasi Covid-19. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi terbaru yang dilakukan Universitas Glasgow, Skotlandia, menemukan fakta mengejutkan bahwa virus Corona mungkin jauh lebih merugikan dari yang diperkirakan.

Menyadur dari Business Insider, penelitian tersebut mengatakan bahwa pasein meninggal akibat virus Corona rata-rata kehilangan satu dekade atau 10 tahun hidup mereka.

“Covid-19 tidak membunuh orang-orang yang sudah hampir mati,” tulis studi tersebut sebagaimana dilaporkan ABC News, Senin (11/5/2020).

"(Covid-19) melainkan mengklaim nyawa banyak orang lebih dari satu dekade sebelum waktu mereka."

Baca Juga: Selain Begadang, Tidur Lebih Awal Juga Pengaruhi Kesehatan Jantung?

Studi tersebut menggunakan pengukuran statistik yang disebut "tahun-tahun kehilangan nyawa yang potensial" atau rata-rata waktu seorang akan hidup apabila tidak mati karena persitiwa kesehatan seperti pandemi Covid-19.

Ilustrasi penelitian. (Shutterstock)
Ilustrasi penelitian. (Shutterstock)

Para ahli dari Universitas Glasgow juga menggunakan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta memperhitungkan usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan mendasar ketika membuat prediksi tersebut.

Hasilnya, rata-rata pria yang meninggal karena terinfeksi Covid-19 kehilangan sekitar 13 tahun usianya. Sementara wanita kehilangan sekitar 11 tahun.

David McAllister, seorang dosen klinis senior dan ketua peneliti dari studi virus Corona Universitas Glasgow sebelumnya mengatakan bahwa temuannya menunjukan dampak jangka panjang virus Corona sama dengan penyakit jantung koroner.

Kedua penyakit itu disebut McAllister sama-sama membuat harapan hidup seorang penderitanya menurun.

Baca Juga: Kelewat Absurd, Desain Rumah Ini Bikin Warganet Tepuk Jidat

Penelitian yang diunggah ke Welcomeopenresearch.org itu dilaporkan Business Insider, masih memerlukan kajian lebih lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI