Dalam makalah ilmiah itu, para peneliti menjelaskan bahwa realitas apapun bisa terwujud tergantung dari langkah-langkah pencegahan yang dilakukan berbagai negara, dalam rangka menunggu vaksin tercipta.
"Kita harus bersiap untuk setidaknya 18 hingga 24 bulan aktivitas Covid-19 yang signifikan, dengan hot spot bermunculan secara berkala di beragam wilayah geografis," tulis ilmuan di makalah tersebut.
Sementara dalam studi yang dilakukan tim Harvard, mereka membuat skenario dengan menggunakan simulasi data Covid-19 terbaru dan berbagai aspek pandemi virus terkait.
Penelitian yang digawangi Dr. Stephen Kissler, Dr. Lipsitch, Christine Tedijanto dan Edward Goldstein, menemukan skenario yang hampir sama.
Baca Juga: Virus Corona Jenis Baru Ditemukan di Jawa Timur
Dalam skenario yang mereka jabarkan, dunia disebut harus memberlakukan lockdown atau social distancing secara berkala hingga pandemi Covid-19 benar-benar selesai.
Skenario pertama menunjukan bahwa masyarakat dunia harus melakukan lockdown atau social distancing secara berkala saat infeksi Covid-19 mencapai jumlah 35 kasus per 10 ribu populasi.
Lockdown atau social distancing akan menurunkan jumlah kasus infeksi, sebelum akhirnya kembali meloncak seiring pembatasan sosial itu dilonggarkan.
Yang membedakan penelitian dari Harvard dan Universitas Minnesota adalah, mereka turut memasukan grafik terkait herd imunnity atau kekebalan kelompok apabila pandemi Covid-19 sudah menyebar secara luas.
Secara sederhana, grafis terkait herd imunnity baru bisa terwujud apabila 55 persen dari populasi dunia terinfeksi virus Corona. Dalam tahap itu, Covid-19 dinilai akan terhenti dengan sendirinya.
Baca Juga: Protes Pembagian Bantuan Dampak Corona, 4 Warga dan 2 Polisi Tewas
Celakanya, proses herd imunnity itu diperkirakan para ilmuan bakal membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk bisa mencapai target 55 persen dari populasi.