Mutasi virus Corona Membingungkan Para Ilmuwan

Bangun Santoso Suara.Com
Minggu, 10 Mei 2020 | 06:47 WIB
Mutasi virus Corona Membingungkan Para Ilmuwan
Mutasi virus corona yang membingungkan para ilmuwan
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Virus penyebab Covid-19 yang tersebar di berbagai belahan dunia ternyata telah bermutasi dari virus di Wuhan, China yang merupakan tempat asalnya. Namun pengaruh mutasi tersebut pada sifat virus belum diketahui.

Pada pertengahan Maret, sekitar dua pekan sejak Indonesia pertama kali mengumumkan kasus positif Covid-19, Institut Biologi Molekuler Eijkman ditunjuk menjadi salah satu laboratorium untuk uji coba spesimen. Sambil melakukan pengujian, mereka meneliti virus penyebab penyakit tersebut, SARS CoV-2.

Pada bulan April, para peneliti mulai berfokus untuk menjabarkan sekuens materi genetik, atau genom, SARS CoV-2 secara utuh. Genom berfungsi sebagai semacam kartu identitas bagi virus, membedakannya dari jenis virus lain serta memuat petunjuk tentang evolusinya.

Dan akhirnya pada hari Senin (04/05), mereka menyerahkan tiga sekuens pertama SARS CoV-2 dari Indonesia kepada pusat data Global Initiative for Sharing All Influenza Data (GISAID). Platform tersebut merupakan tempat para ilmuwan di seluruh dunia berbagi data tentang Covid-19. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 17.000 sekuens virus [yang diunggah ke platform tersebut]

Baca Juga: Peneliti Menemukan Ratusan Mutasi Virus Corona, Apa Dampaknya?

Tiga sekuens dari sampel virus yang diambil di Jakarta itu ternyata tidak sama persis, namun masih berkerabat, dengan virus di China yang merupakan tempat asalnya. Dua sekuens telah mengalami perubahan asam amino pada protein yang disebut Open Reading Frame (ORF) dan satunya lagi mutasi pada protein S atau Spike, protein pada membran virus yang digunakan untuk menempel pada sel manusia.

Profesor Amin Soebandrio, direktur Institut Biologi Molekuler Eijkman, mengatakan bahwa dengan menjabarkan sekuens genom virus dan mengunggahnya ke pusat data seperti GISAID, para peneliti bisa membandingkannya dengan sekuens dari luar negeri dan mengungkap asal-usul virus tersebut.

"Kita bisa melihat secara internasional itu, virus yang ada di Indonesia berasal dari mana," kata Prof. Amin kepada BBC News Indonesia.

Misalnya, berdasarkan hubungan kekerabatan diketahui bahwa virus pada sampel yang dilabeli EIJK2444 sempat singgah di Australia dan Singapura sebelum sampai ke Indonesia. Adapun sekuens EIJK0141 awalnya bertolak dari China ke Amerika Serikat kemudian ke Indonesia.

Selain melacak pergerakan virus di luar negeri, data sekuens juga bisa digunakan untuk menganalisis pergerakannya di dalam negeri, kata Prof. Amin yang juga termasuk dalam tim pakar Gugus Tugas Covid-19. Misalnya, melihat apakah virus yang ditemukan di Manado sama dengan virus di Jakarta.

Baca Juga: Mutasi Virus Corona Dinilai Lebih Menular, Peneliti Takut Mengancam Vaksin

Penelusuran kontak atau contact tracing selama ini dilakukan berdasarkan riwayat kontak pergerakan orang. Hasil penelusuran itu bisa dikonfirmasi dengan data molekuler.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI