"Jadi jika Anda diharuskan lebih sering mencuci tangan dan perlu berupaya mematuhi peraturan, hal itu bukan sesuatu yang mudah Anda jalankan," tuturnya.
Levita menyebut penting untuk memahami kondisi psikologis orang-orang muda selama pandemi Covid-19 sehingga ada pertolongan yang segera bisa diberikan kepada mereka.
"Jika kaki Anda patah, Anda tentu tidak menunggu dua bulan untuk pergi ke rumah sakit," ujar Levita.
Laki-laki muda 'mengambil lebih banyak risiko'
Baca Juga: Memasak Jadi Hobi Baru Gavin Kwan Selama Menjalani Karantina
Jajak pendapat ini menemukan 150 dari 281 laki-laki berusia 19-24 tahun bertemu kawan-kawan mereka selama karantina wilayah. Satu perlima dari mereka mengaku telah ditindak oleh kepolisian, baik berupa teguran verbal, denda, maupun ditahan.
Kelompok laki-laki muda ini juga merasa mereka tidak berpeluang terpapar Covid-19 atau menyebarkannya kepada orang lain. Mereka cenderung menanggap anjuran pemerintah tidak penting.
Levita berkata, "Kita tahu bahwa laki-laki secara umum mengambil lebih banyak risiko. Para pakar psikologi evolusioner selalu menyebutnya sebagai upaya menonjolkan diri."
Hasil survei ini dipublikasi setelah Kepolisian Inggris menerbitkan data bahwa satu pertiga orang yang didenda akibat melanggar karantina wilayah berusia 18-24. Delapan dari 10 orang yang dijatuhi denda itu adalah laki-laki.
Secara umum, survei ini menemukan bahwa mayoritas responden dari seluruh kategori usia tidak mengikuti anjuran kebersihan diri seperti mencuci tangan secara rutin. Meski begitu, mereka berkata akan menjalankan anjuran itu dalam pekan-pekan ke depan.
Baca Juga: Taiwan Terapkan Lockdown, Begini Nasib Ribuan TKI di Negara Naga Kecil Asia
Para psikolog menyebut pemerintah mesti berbuat lebih untuk menjelaskan dasar anjuran jaga jarak antar orang. Tujuannya, kata mereka, agar orang-orang muda memahami kebijakan yang diberlakukan selama pandemi ini.