8 Perempuan Pemberani PD II: dari Rasuna Said hingga Ratu Kematian Soviet

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Jum'at, 08 Mei 2020 | 16:41 WIB
8 Perempuan Pemberani PD II: dari Rasuna Said hingga Ratu Kematian Soviet
Ilustrasi Rasuna Said. Perempuan asal Minangkabau ini merupakan Pahlawan Nasional Indonesia. [Dok. BBC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kepada pejabat tinggi Jepang, menurut studi literatur seorang sejarawan, Rasuna pernah berkata, "Boleh Tuan menyebut Asia Raya karena Tuan menang perang, tapi Indonesia Raya pasti ada di sini."

Setelah Indonesia merdeka, Rasuna menduduki sejumlah jabatan pemerintahan, dari Komite Nasional Indonesia, DPR Indonesia Serikat, hingga Dewan Pertimbangan Agung.

Rasuna adalah satu dari sedikit perempuan Indonesia yang dianugerahi gelar pahlawan nasional. Namanya kini terpatri di salah satu jalan utama Jakarta.

Cheng Benhua: Menyambut Kematian dengan Senyuman

Baca Juga: Cuit Postingan Cabul, Akun Twitter Giannis Di-Hack

Ilustrasi Cheng Benhua, pejuang Perang Dunia II asal China. [Dok.  BBC]
Ilustrasi Cheng Benhua, pejuang Perang Dunia II asal China. [Dok. BBC]

Benhua adalah perempuan asal China yang menentang penjajahan Jepang di negaranya tahun 1937.

Sebuah foto yang mengabadikan peristiwa saat ia ditusuk bayonet hingga tewas menjadi potret ikonik tentang perlawanan tanpa rasa takut.

Yang memotret kejadian itu adalah fotografer asal Jepang. Ia mengabadikan momen terakhir kehidupan Benhua setelah dia tangkap dan dipenjara pasukan kolonial.

Berbagai literatur menyebut Benhua diperkosa berulang kali oleh pasukan yang menawannya. Namun ia tetap menolak tunduk pada pemerintah kolonial.

Dalam foto ikonik itu, Benhua terlihat tersenyum. Ia menyilangkan tangan ke dadanya, mengangkat muka serta menatap tajam ke arah kamera seolah memperlihatkan jiwanya yang tanpa rasa takut.

Baca Juga: Maling Gondol Uang Rp 20 Juta, Tapi Apes, Pemilik Rumahnya Positif Corona

Pose Benhua dalam foto itu baru-baru ini diabadikan dalam patung setinggi lima meter di Nanjing. Kota itu adalah salah satu titik terparah dalam perang China melawan pendudukan Jepang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI