Suara.com - Kepedulian terhadap sesama yang terdampak virus corona atau covid-19 ditunjukkan berbagai kalangan. Tidak terkecuali Zaenal Tayeb, pengusaha asal Sulawesi Selatan yang punya sejumlah bisnis perhotelan dan pariwisata di Bali dan berbagai daerah.
Dilansir dari Terkini.id (jaringan Suara.com), Zainal Tayeb (66) sebenarnya ikut terdampak saat pandemi corona. Beberapa hotelnya harus tutup. Namun, dia mengaku itu tidak menghalangi niatnya untuk berbagi kepada sesama.
Bahkan, dia rela menjual mobil mewahnya, yakni Jeep Rubicon miliknya. Hasil penjualan digunakan untuk membeli sembako buat dibagikan kepada warga.
“Mobil Jeep saya dibeli teman di Bali. Hasilnya sudah jadi sembako dan dibagi-bagi ke masyarakat dan karyawan hotel, water boom, dan taman burung.
Di saat seperti ini (pandemi COVID-19), kita memang seharusnya saling membantu, khususnya masyarakat kurang mampu,” ujar Zainal, sebagaimana dilansir Terikini.id.
Baca Juga: Kota Makassar Berlakukan PSBB, BPJS Kesehatan Tetap Buka Layanan
Zainal tidak menyebutkan berapa total hasil penjualan mobil mewah miliknya, tetapi hasil penjualannya digunakan untuk membeli sembako hingga masker.
Paket sembako tersebut kemudian dibagikan ke empat daerah, yakni Makassar, Bali, Lombok, dan Banyuwangi.
Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Bali ini menyebutkan, paket beras dibagikan di Bali sebanyak 20,5 ton, Makassar 2 ton, Lombok 3 ton, dan Banyuwangi 2 ton.
Sementara itu, di Makassar dia memberikan 100 paket sembako kepada karyawan Water Boom dan Taman Burung Gowa Discovery Park yang dirumahkan akibat pandemi. Sebanyak 300 keluarga prasejahtera yang tinggal di kawasan Benteng Somba Opu juga menerima bantuan sembako Zainal melalui para ketua RW.
Pengusaha perhotelan itu berharap dunia usaha, khususnya pariwisata, dapat segera bangkit kembali setelah pandemi corona.
Baca Juga: Cerita Rumah Pasien Corona di Makassar Dibobol Maling, Uang dan Emas Ludes
“Perkiraan saya, setelah pandemi selesai, butuh tambahan waktu setahun lagi bagi turis asing untuk bisa berwisata ke Indonesia. Mereka harus kerja setahun kumpulkan uangnya untuk bisa kembali jalan-jalan ke Indonesia,” katanya.