Hal itu kemudian dibantah oleh Anies. Menurutnya, dari data yang pihaknya himpun, belum ada tanda-tanda curva infeksi Covid-19 di Tanah Air akan segera melandai.
Anies juga menyindir pemerintah pusat yang dinilainya kurang menganggap penting ilmu pengetahuan dan hasil penelitian sebagai dasar kebijakan memerangi Covid-19.
"Mengapa saya tidak ingin membuat prediksi? Karena saya melihat data, itu tidak mencerminkan sesuatu yang akan segera berakhir," jelas Anies.
"Itulah yang dikatakan oleh para ahli epidemiologi. Ini adalah waktu di mana para pembuat kebijakan perlu mempercayai ilmu pengetahuan."
Baca Juga: Terus Membengkak! Pasien Positif Corona Indonesia Kini 12.776 Orang
Lebih jauh, Anies juga mengaku frustrasi dengan tidak kompaknya kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kemenkes disebutnya tak transparan soal data.
"Dari pihak kami, bersikap transparan dan memberi tahu (orang) apa yang harus dilakukan adalah memberikan rasa aman. Tetapi Kementerian Kesehatan merasakan sebaliknya, bahwa transparansi akan membuat panik. Itu bukan pandangan kami," ungkap Anies.
Demi mendukung klaimnya, Anies mengungkapkan bahwa Jakarta memiliki lebih banyak kasus dari angka resmi pemerintah yakni 4.770 infeksi dan 414 kematian.
Tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Jakarta disebut Anies dapat terungkap dari lonjakan jumlah pemakaman yang begitu masif dalam beberapa bulan terakhir.
Pada paruh kedua Maret, jumlah pemakanan di DKi Jakarta mencapai 4.300 layanan, sementara pada April 4.590.
Baca Juga: Penelitian Ini Tepat Prediksi Kapan Vietnam Bebas Corona, Indonesia?
Sebelum wabah virus Corona, rata-rata jumlah pemakaman di Jakarta adalah 3 rbu layanan. Hal ini menunjukan kenaikan sebanyak rata-rata 1.500 kematian perbulannya.