"Ini adalah termasuk riwayat palsu yang enggak boleh dibawa. Pakar-pakar menyebutnya seperti itu," ujar Buya.
"Kesimpulannya, pakar-pakar tadi Imam Suyuthi, Ibnu Al-Jauzi, Imam adz-Dzahabi, dan yang lainnya mengatakan bahwa itu riwayat tidak dibenarkan. Bukan omongan saya, bukan omongan kami," imbuhnya.
Jika pun hadis itu benar, menurut Buya, yang perlu dihadirkan adalah sikap kita masing-masing. Sehingga tidak perlu membuat takut dan khawatir di tengah zaman yang seperti ini.
"Akan tetapi kalau hadis itu benar, kalau akan datang, akan datang pada waktunya nanti. Apakah harus Ramadan ini? Enggak perlu kita bikin takut orang. Kita ajak saja sekarang perbaiki semuanya," kata Buya Yahya.
Baca Juga: Hadapi Pandemi dengan Respon Positif, Begini Caranya
Ia menambahkan, "Adapun kita masuk rumah hari ini bukan karena dentuman tapi karena anjuran pemerintah, kesehatan, demi kebaikan kita. Enggak usah membawa hadis itu."
"Kita hari ini perlu ketenangan batin. Saat ada virus wabah seperti ini jangan sampai kita ditambah takut, di atas takut. Kita ingin tawakal kepada Allah, ada, ikhtiar, ada."
"Kemudian jika ada berita-berita semacam itu, maka kita serahkan kepada Allah. Waktunya Allah yang Maha Tahu."
"Yang dimaksud Nabi kita tentang takut dengan hari kiamat itu agar menghadirkan persiapan saat ini. Bukan hanya kiamat menakutkan. Bukan. Mengingat kematian itu apa sih? Bukan kematian, dimandikan, dikafani. Tapi persiapan setelah mati itu."
Pada akhir ceramahnya, Buya Yahya berharap agar kabar-kabar semacam ini dapat diredam. Sebaiknya hadirkan berita-berita baik, indah dan dengan riwayat yang sudah jelas dari para ulama.