Bantu Krisis Zimbabwe, Jepang Kucurkan Dana Rp 230 Miliar

Kamis, 07 Mei 2020 | 16:10 WIB
Bantu Krisis Zimbabwe, Jepang Kucurkan Dana Rp 230 Miliar
Foto Ilustrasi - Seorang wanita tua mencuci di tengah lumpur pasca topan idai menerjang Zimbabwe. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jepang akan menyumbangan dana sekitar 15,3 juta dolar AS atau setara dengan Rp 230 miliar bagi masyarakat terdampak kekeringan dan banjir di Zimbabwe.

Bantuan dana akan disalurkan melalui Program Pangan Dunia (WFP), Danan Anak PBB (UNICEF), dan Organisasi untuk Migrasi (IOM), berdasarkan laporan Zimbabwe Herald.

Melansir dari Anadolu Agency, bantuan tersebut akan dialokasikan untuk membeli bahan pangan dan mendistribusikan sekitar 26 ribu ton jagung bagi 512 ribu rumah tangga di daerah pedesaan Zimbabwe, selama enam bulan.

"Kami berharap bantuan ini dapat segera mendukung kebutuhan pangan banyak rumah tangga paling rentan di Zimbabwe," ujar Toshiyuki Iwado, duta besar Jepang untuk Zimbabwe.

Baca Juga: Diduga Corona, Bule Australia Ditemukan Meninggal dalam Kamar Hotel Bali

Selama masa krisis, sambung Iwado, perempuan dan anak-anak di daerah pedesaan lah yang paling rentan. Padahal keduanya memiliki peran penting untuk masa depan negara.

"Bantuan ini akan membantu perempuan dan anak-anak terdampak sehingga mereka miliki nutrisi, kesehatan, air, dan sanitasi yang mereka butuhkan selama masa kritis ini," tambahnya.

Pemerintah Zimbabwe pada 2019, menyatakan kekeringan sebagai bencana nasional dan meminta bantuan dari komunitas internasional.

Berdasarkan laporan Oxfam November 2019, lebuh dari 52 juta orang di 18 negara Afrika, termasuk Zimbabwe, menghadapi krisis kelaparan akibat cuaca ekstrem, kemiskinan, dan konflik bersenjata.

Disebutkan, Zimbabwe selatan memiliki curah hujan terendah sejak 1981 yang memicu lebih dari 5,5 juta orang mengalami krisis pangan ekstrem.

Baca Juga: Pulang Kerja, Wanita Tewas Ditusuk-tusuk di Leher di Gang Sempit

Zimbabwe dulunya merupakan penghasil roti bagi Afrika Selatan. Namun sejak dua dekade terakhir, pertanian mengalami kesulitan panen dan pemadaman listrik merajalela.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI