Suara.com - Tangisan Adithya Tegar Pambudhi, seorang perawat Covid-19 di RSUD R Syamsudin, SH Sukabumi, Jawa Barat pecah saat kembali mengenang kepergian sang istri untuk selamanya. Sang istri menghembuskan napas terakhirnya saat Adit, panggilan sang perawat, bertugas di baris terdepan memerangi virus corona.
Adit menjadi salah satu pembicara dalam tayangan Mata Najwa bertajuk Cerita Pahlawan Kesehatan yang tayang pada Rabu (6/5/2020) malam. Saat pembawa acara Najwa Shihab memutarkan video terakhir buatan sang istri, tangis Adit tak lagi bisa dibendung.
Kepergian sang istri, Nadia begitu cepat. Nadia yang tak pernah mengeluhkan sakit apapun tiba-tiba ditemukan tak sadarkan diri pada Minggu (19/4/2020) sekitar pukul 4.30 WIB,
"Saya ditelpon keluarga pukul 4.30 WIB katanya Nadia nggak bangun dari malam itu, saya putuskan untuk langsung bawa ke IGD tempat kerja," kata Adit seperti dikutip Suara.com, Kamis (7/6/2020).
Baca Juga: Pengusaha Bus AKAP Bingung dengan Sikap Pemerintah
Saat tiba di IGD, sang istri sudah tidak merespon. Denyut nadinya terasa begitu lemah.
Tim medis berusaha keras memberikan pertolongan untuk sang istri namun takdir berkata lain. Dokter menyatakan sang istri meninggal dunia pukul 7.00 WIB.
Adit bercerita, sang isti sempat mengeluh pusing dan muntah pada malam sebelum ditemukan tak sadarkan diri. Setelah itu ia tidur dan tak bangun lagi untuk selamanya.
"Kata ibu di rumah istri saya mengeluh sakit kepala, sempat muntah tapi istri tidur lagi. Malam anak saya nangis minta susu, tapi maminya nggak bangun kata ibu akhirnya keluarga lihat sudah nggak ada respon," ungkapnya.
Kepergian ang istri membuat Adit sangat terpukul karena tak mampu terus mendampingi sang istri dan anak tunggalnya yang baru berusia 1 tahun 7 bulan.
Baca Juga: Kamis Ini, Pasien Corona di RSD Wisma Atlet Capai 932 Orang
Sejak menjadi perawat Covid-19 pada akhir Maret 2020, Adit harus tinggal terpisah dengan anak istrinya. Sejak saat itu, ia tak pernah bertemu dengan anak dan isti, komunikasi yang dilakukan hanya lewat telepon dan video call.
Ia sempat menenangkan diri ke pesantren untuk memulihkan psikologisnya.
Saat itu sempat terbesit untuk meninggalkan profesi perawat. Namun ia teringat dukungan penuh sang istri semasa hidupnya.
"Ada pikiran untuk berhenti tapi semakin ke sini dengar pesan dia, chat dia sebelumnya itu yang membuat saya kuat dan terus melanjutkan ini sampai selesai," tuturnya.