Ilmuan Temukan Mutasi Virus Corona yang Lebih Mematikan

Rabu, 06 Mei 2020 | 16:43 WIB
Ilmuan Temukan Mutasi Virus Corona yang Lebih Mematikan
Ilustrasi virus Corona - (Pixabay/TheDigitalArtist)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuan di Los Alamos National Laboratory Amerika Serikat, telah menemukan mutasi virus Corona yang memiliki strain jauh lebih mematikan dari sebelumnya.

Dilansir Sky News, virus Corona dengan mutasi terbaru itu telah melanda Eropa dan Amerika Serikat dan dikatakan dapat menginfeksi kembali pasien Covid-19 yang telah memiliki antibodi pasca pulih.

Peneliti di Los Alamos National Laboratory menjelaskan telah mendeteksi 14 mutasi pada protein lonjakan pada virus Covid-19 yang salah satunya dikenal dengan nama Spike D614G.

Dalam makalahnya, temuan itu menunjukkan bahwa strain virus Corona yang dominan menyebar di seluruh dunia--dan pertama kali teridentifikasi di Eropa--berbeda dengan yang penyebar di awal pandemi.

Baca Juga: Pertama di AS, Kasus Penipuan Dana Pinjaman Terkait Corona

Ilustrasi virus corona. [Pixabay]/emmagrau]
Ilustrasi virus corona. [Pixabay]/emmagrau]

"Ceritanya mengkhawatirkan, karena kita melihat bentuk virus yang bermutasi muncul dengan sangat cepat, dan selama bulan Maret menjadi bentuk pandemi yang dominan," kata Dr. Bette Korber, penulis utama dalam studi tersebut.

"Ketika virus dengan mutasi ini memasuki suatu populasi, mereka dengan cepat mulai mengambil alih epidemi lokal, sehingga mereka lebih mudah menular," tambahnya, dilansir Sky News, Rabu (6/5/2020).

Mutasi pada protein lonjakan membuat ilmuan khawatir lantaran protein tersebut merupakan bagian paling efektif bagi Covid-19 untuk menyebar.

Protein lonjakan adalah molekul di bagian luar virus yang berguna untuk menempel dan menembus dinding luar sel manusia dan hewan.

Protein itu pulalah yang menjadi sasaran para ilmuan dalam mencari obat maupun vaksin Covid-19.

Baca Juga: Filipina Uji Klinis Avigan Pada 100 Pasien Corona

Salah satunya adalah dengan menemukan antibodi pengikat protein tersebut, agar mencegah virus bernama ilmiah SARS-CoV-2 itu menginfeksi sel manusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI