Dokter RS Persahabatan Ungkap Kemungkinan Tes PCR Corona Tak Akurat

Rabu, 06 Mei 2020 | 15:52 WIB
Dokter RS Persahabatan Ungkap Kemungkinan Tes PCR Corona Tak Akurat
Dokter paru Rumah Sakit Persahabatan dr. Andika Chandra Putra. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter paru Rumah Sakit Persahabatan dr. Andika Chandra Putra mengungkapkan kemungkinan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) tidak akurat. Sehingga kemungkinan tes PCR itu meleset dengan mengeluarkan hasil tes yang salah.

Ia mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan hasil pemeriksaan PCR tidak 100 persen akurat. Kemudian, faktor lainnya adalah pada waktu pengambilan swab.

"Jadi PCR itu pun masih ada gap false negativenya. Jadi jangan bayangkan PCR itu hasilnya akan 100 persen akurat," katanya saat dihubungi, Rabu (6/5/2020).

Ia menjelaskan bahwa pada awal infeksi, virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19, biasanya masih berada di saluran napas atas. Tetapi ketika virus tersebut sudah masuk ke paru-paru, maka virus tersebut tidak dapat lagi dideteksi dengan pemeriksaan PCR yang biasanya dilakukan dengan swab tenggorokan.

Baca Juga: Pemprov DKI soal Keamanan Peti Mati Corona: Kalau Ragu Lihat Sendiri di RS

"Artinya ketika virusnya sudah masuk ke paru-paru, virus tersebut tidak terdeteksi lagi lewat pengambilan bahan dari tenggorokan karena dia sudah masuk ke paru-paru," katanya.

Ia mengatakan berdasarkan penelitian yang membandingkan bahan pemeriksaan pada pasien yang diduga terpapar COVID-19, ada beberapa cara pemeriksaan yang memiliki hasil lebih akurat untuk mengetahui kemungkinan paparan COVID-19 dalam tubuh manusia. Cara pemeriksaan yang dibandingkan tersebut antara lain dengan pemeriksaan bronkus, pharyngeal test atau tes swab faring, naso swab dan juga swab dari dahak.

Berdasarkan penelitian tersebut, ia menyebutkan bahwa bilasan bronkus dari pemeriksaan bronkus atau paru memiliki tingkat akurasi positif yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan lainnya, yaitu sekitar 93 persen.

"Sedangkan dari faring tadi, dari tenggorokan tadi hanya 60 sampai 70 persen. Artinya masih ada gap 30 persen yang memberikan kemungkinan false negative," katanya.

"Jadi yang kita maksud dengan false negative ini sebenarnya virusnya ada tetapi hasil PCR-nya negatif," kata dia lebih lanjut.

Baca Juga: Peneliti Virus Corona Ditemukan Tewas Tertembak dalam Apartmen

Oleh karena itu, agar hasil pemeriksaan PCR memberikan akurasi yang lebih baik, maka pemeriksaan tersebut harus dilakukan secara berulang. Kemudian, jika memungkinkan, pemeriksaan bronkus, kata dia, sebenarnya bisa dilakukan. Namun demikian, tindakan tersebut biasanya hanya dilakukan pada pasien-pasien yang sudah tidak sadar atau sudah terpasang ventilator.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI