Suara.com - Pemuka agama sekaligus mantan Menteri Agama Quraish Shihab menceritakan bahwa Nabi Muhammad pernah marah, bahkan marah besar saat ada tuntunan agama yang dilanggar.
Lantas bagaimana cara Nabi meluapkan amarah? Bagaimana pula mengendalikan amarah?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu terdapat dalam ceramah Quraish Shihab yang diunggah ke kanal Youtube Najwa Shihab pada Selasa (5/5/2020).
"Nabi pernah marah," ujar Quraish Shihab kepada Najwa.
Baca Juga: Didi Kempot Seniman Kemanusiaan "Godfather of Charity"
"Tapi tidak terlihat di air mukanya?" tanya Najwa.
"Terkadang terlihat kalau itu kemarahan. Beliau marah kalau ada tuntunan agama yang dilanggar dengan sengaja," jawab Quraish Shihab.
Menurut penjelasannya, kalau Nabi Muhammad sudah marah besar, semua orang pasti akan takut.
Quraish Shihab menjelaskan Nabi akan marah besar karena, "Ada yang menghina agama. Diluapkan kemarahannya."
"Boleh jadi dia berdoa: 'Mudah-mudahan Allah membalas dia'," ujar Quraish Shihab.
Baca Juga: Kartu Pra Kerja harus Menyasar Korban PHK Saat Pandemi Covid-19
Namun Nabi Muhammad jarang sekali marah besar. Kemarahan Rasulullah yang sering terlihat ketika memang sudah pada tempatnya.
"Beliau marah yang sering terlihat kalau memang sudah pada tempatnya marah, itu hanya di wajahnya ada urat yang nampak di antara kedua matanya," kata Quraish Shihab.
Dalam kesempatan itu, Quraish Shihab juga menjelaskan bagaimana cara mengendalikan amarah.
Ia mengatakan bahwa amarah yang diluapkan tidak pada tempatnya adalah dorongan dari setan. Itu terlihat dari wajah seseorang yang berubah jadi merah padam.
"Orang-orang bijak berkata begini: kalau mau marah silahkan marah tetapi upayakan jangan tampak air muka," kata Quraish Shihab.
"Mau masuk surga? Nabi berkata 'Laa taghdhab walakal Jannah.' Jangan marah kamu dapat surga. Mau surga tidak ini?" imbuhnya.
Lantas bagaimana mengendalikan amarah jika harus terlihat di wajah? Quraish Shihab pun menjawab kalau memang harus tampak di muka, jangan sampai lidah bergerak.
"Kalau harus lidah berucap, jangan sampai melampaui batas. Kalau harus melampaui batas, jangan sampai tangan bergerak. Jadi kan ada bertingkat-tingkat nih orang marah," tutur Quraish Shihab.
Ia melanjutkan, "Agama tidak mau kita marah tidak pada tempatnya. Boleh marah tetapi diukur ditahan itu amarah. Pengendalian amarah itu berkaitan dengan pengendalian nafsu."