Suara.com - Aksi Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, dalam mempromosikan 'jamu' atau obat herbal yang disebutnya efektif menyembuhkan pasien virus Corona menuai kritik.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai penyataan Rajoelina cukup berbahaya lantaran dapat menimbulkan kesadaran palsu di tengah masyarakat.
Pasalnya, obat herbal yang terbuat dari tanaman artemisia itu dikatakan belum memiliki bukti dan uji klinis dapat menyembuhkan pasien Covid-19.
“Anda tidak dapat langsung mengatakan 'di sini adalah obat yang efektif' bahkan jika itu memiliki sejarah, penggunaan obat tradisional. Sangat penting untuk membuat protokol penelitian," kata manajer operasi darurat WHO di Afrika, Michel Yao.
Baca Juga: Eukaliptus Diduga Mampu Bunuh 80 Persen Virus Corona
“Mungkin mereka telah mengidentifikasi sesuatu yang menjanjikan, tetapi belum ada bukti yang dapat memungkinkan kami untuk mengusulkan atau mengakuinya,“ tambahnya, sebagaimana dilansir dari French24, Rabu (6/5/2020).
Sebelumnya Andry Rajoelina dan Institute penelitian Madagaskar meluncurkan sebuah minuman herbal yang diberi nama COVID-Organics (CVO).
“Semua percobaan dan tes telah dilakukan dan efektivitasnya dalam mengurangi dan menghilangkan gejala telah terbukti dalam pengobatan pasien COVID-19 di Madagaskar,” kata Rajoelna 20 April lalu.
Meskipun tak memiliki banyak informasi tentang uji coba obat herbal tersebut, beberapa negara di Afrika dinilai antusias untuk mengimpor temuan Madagaskar tersebut.
Dalam beberapa hari terakhir, baik Equatorial Guinea dan Guinea-Bissau telah menerima pengiriman ribuan dosis minuman. Sementara Tanzania, Senegal dan Kongo Brazzaville mengatakan mereka akan melakukan hal yang sama.
Baca Juga: China Tegaskan Solidaritas untuk Indonesia Dalam Perangi Virus Corona