Cara lain untuk menetralisir teori konspirasi adalah melalui inokulasi berbasis logika. Ini melibatkan teknik retorika dan ciri-ciri yang dapat ditemukan dalam informasi yang salah, sehingga orang dapat menandai itu sebelum memiliki kesempatan untuk menyesatkan mereka.
"Dalam Buku Pegangan Teori Konspirasi, kami mendokumentasikan tujuh ciri pemikiran konspirasi. Menemukan ini dapat membantu orang mengidentifikasi teori yang tidak berdasar," tulis Stephan Lewandowsky dan John Cook.
Salah satu sifat yang sangat menonjol dalam teori konspirasi adalah menafsirkan kembali keacakan.
Dengan pola pikir ini, peristiwa acak ditafsirkan kembali sebagai terhubung secara kausal dan ditenun menjadi pola yang lebih luas dan saling berhubungan. Milenial dan Gen-Z biasa menyebutnya dengan, cocokologi.
Baca Juga: Ikut Ferdian Paleka Nge-Prank Waria, Rekan Serahkan Diri Diantar Keluarga
Misalnya, pengenalan 5G pada tahun 2019 bertepatan dengan asal Covid-19 dan karenanya ditafsirkan terkait secara kausal. Korelasi tidak sama dengan sebab akibat.
Peran Penting Platform Media Sosial
Platform media sosial berkontribusi pada masalah informasi yang salah dengan menyediakan sarana untuk menyebar dengan cepat dan bebas ke masyarakat umum.
Beberapa peneliti bahkan menyebut persebaran terori konspirasi tentang Covid-19 lebih cepat daripada virus corona itu sendiri.
Namun, media sosial juga bisa menjadi sarana untuk melaporkan berita-berita palsu termasuk konspirasi Covid-19. Misalnya, Youtube telah mengumumkan akan menghapus video apa pun yang mendukung teori konspirasi 5G.
Baca Juga: Dirumahkan karena Larangan Mudik, Sopir Bus AKAP Kian Merana saat Corona
Beberapa media lokal juga melakukan cek fakta untuk mengonfirmasi kesalahan berita palsu yang beredar pada masyarakat.