Untuk menggali bukit, menurut Dicky, para pekerja perkebunan teh di sekitar dikerahkan.
"Tepat di daerah ini, ada Onderdeming Sibokor yang juga memproduksi teh dan kina. Pada saat mereka diminta untuk pembangunan terowongan ini pemiliknya menyetujui dengan satu syarat bahwa harus dibangun suatu stasiun atau halte saat itu yang berada di sini untuk membantu mereka mengangkut komoditas ke pelabuhan. Dan itulah cikal bakal stasiun Lampegan yang sekarang ada di mulut terowongan sisi Cianjur," papar Dicky.
Dicky, yang beberapa kali memandu rombongan pemerhati sejarah di jalur kereta Bogor-Cianjur, menilai keberadaan terowongan dan jalur kereta tersebut adalah sebuah pencapaian.
"Kesulitan kondisi alam saat itu dapat diatasi. Itu yang saya sebut engineering marvel."
Baca Juga: Sejarah Hari Kebebasan Pers Sedunia
Di samping predikatnya sebagai terowongan kereta pertama di Hindia Belanda, Lampegan punya latar belakang penamaan yang unik. Salah satu versi adalah kesalahan penyebutan.
Pada era kolonial, saat kereta berhenti di mulut terowongan baik dari sisi Sukabumi maupun Cianjur, maka masinis akan meminta petugas yang berada di stasiun untuk menyalakan lampu.
Kode teriakan dari petugas stasiun pada saat itu pada saat selesai menyalakan lampu adalah "lampen gaan".
"'Lampen gaan' dari kata Belanda yang artinya lampu sudah menyala, 'lights go on', kira-kira begitu. Kata-kata ini berulang terus setiap lokomotif masuk ke arah terowongan dan itu kemudian ditangkap oleh orang-orang lokal yang menyangka itu adalah seolah-olah nama dari terowongan ini. Sehingga sampai sekarang disebut dengan Lampegan," kata Dicky sembari tersenyum lebar.
Stasiun Cianjur
Baca Juga: 3 Fakta Ki Hajar Dewantara, Sosok di Balik Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Kita tiba di tujuan akhir, stasiun Cianjur. Namun sejatinya jalur kereta yang dibangun pemerintah Hindia Belanda terus menembus pedalaman Priangan.