Jejak Kereta Belanda di Priangan: Dari Tanam Paksa hingga Tempat Plesiran

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 04 Mei 2020 | 13:36 WIB
Jejak Kereta Belanda di Priangan: Dari Tanam Paksa hingga Tempat Plesiran
Potret kereta api saat masa penjajahan Belanda
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di stasiun ini, kita masih bisa melihat sisa-sisa teknologi yang terbilang maju pada zamannya mengingat saat itu kereta api sangat diandalkan untuk mengangkut hasil perkebunan di Priangan.

Dicky memperlihatkan wujud salah sisa teknologi di ujung stasiun, yaitu turn table.

"Turn table fungsi utamanya adalah untuk memutar arah lokomotif. Jadi saat itu lokomotif uap yang datang dari arah Bogor menuju ke Sukabumi sampai di stasiun ini, jika ingin kembali lagi ke arah Bogor harus diputar arahnya dulu lokomotifnya," kata Dicky.

Proses kerja turn table diawali dengan masuknya lokomotif ke dalam rel pada turn table sampai titik berat lokomotif tepat di tengah-tengah.

Baca Juga: Sejarah Hari Kebebasan Pers Sedunia

"Karena titik berat lokomotif itu tepat diletakkan di tengah-tengah, cukup dengan dua orang saja maka lokomotif yang beratnya puluhan ton—bisa sampai 80 ton bahkan lebih— dapat diputar arahnya, berkebalikan arah," papar Dicky.

Stasiun dan terowongan Lampegan

Rekam jejak teknologi perkeretaapian berikutnya masih dapat disaksikan di Stasiun Lampegan, tiga stasiun dari Stasiun Sukabumi menuju Cianjur.

Teknologi itu berwujud terowongan kereta pertama di Hindia Belanda yang dibangun antara tahun 1879 hingga 1882.

"Terowongan ini sekarang terletak tepat di perbatasan Sukabumi dan Cianjur. Dulu lokasi ini adalah lokasi yang paling sulit pada saat pembangunan jalur kereta api dari Sukabumi menuju Cianjur.

Baca Juga: 3 Fakta Ki Hajar Dewantara, Sosok di Balik Sejarah Hari Pendidikan Nasional

"Mengapa sulit? Karena di tempat inilah mereka menemukan sebuah bukit yang mau tidak mau harus ditembus atau digali. Bebatuannya cukup keras sebagian, sebagian lagi batunya terlalu lunak. Sehingga ada yang digali dan ada juga yang dikupas. Dan menjadi sangat sulit karena mereka belum pernah sama sekali punya pengalaman untuk sebuah terowongan di Hindia Belanda," tutur Dicky.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI