"Stasiun ini stasiun kecil, biasa disebut halte. Stasiun ini berposisi dekat dengan sebuah tempat wisata tetirah orang-orang Belanda saat itu yang bernama Lido. Hanya mungkin sekitar 200 meter dari stasiun ini," kata Dicky.
Kawasan Danau Lido yang dapat dijangkau dengan mudah menggunakan kereta api membuat lokasi itu populer di antara orang-orang Belanda.
Kehadiran orang-orang Belanda yang berwisata tersebut juga erat kaitannya dengan keberadaan puluhan hingga ratusan perkebunan di Priangan pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20.
Jenis perkebunannya pun beragam, mulai dari perkebunan kopi hingga karet.
Baca Juga: Sejarah Hari Kebebasan Pers Sedunia
Salah satu perkebunan yang kondang di sekitar jalur ini adalah perkebunan tanaman gutta percha (getah perca) Cipetir. Pabrik Cipetir, pengolah gutta percha, yang berusia lebih dari satu abad, masih berdiri dan merupakan 'satu-satunya di dunia'.
Lokasi itu dapat disinggahi dengan terlebih dahulu turun di Stasiun Cibadak.
Pabrik Cipetir
Perkebunan gutta percha Cipetir sudah ada sejak 1885, namun pabriknya baru dibangun dan mulai beroperasi pada tahun 1921, menurut Dahono Argo Kumoro, Manajer Kebun Sukamaju PTPN Nusantara VIII yang kini mengelola pabrik tersebut.
Pada masa keemasannya, hasil produksi gutta percha dari Cipetir dikirim ke berbagai negara di dunia untuk digunakan sebagai bahan insulator kabel telegraf bawah laut.
Baca Juga: 3 Fakta Ki Hajar Dewantara, Sosok di Balik Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Keunikannya ini tidak dimiliki tanaman karet biasa.