"Karena itu mereka membuat dan merancang sebuah stasiun yang sangat megah dengan kualitas material yang nomor satu saat itu. Dan akhirnya 1881 terwujudlah bangunan stasiun ini yang kita kenal sekarang sebagai Stasiun Bogor," ungkap Dicky.
Dicky lantas menunjukkan jejak kemegahan di Stasiun Bogor berupa fasad dengan ukiran pada kusen kayunya yang, menurutnya, sangat jarang ditemui di bangunan stasiun lain.
Kemudian terdapat sebuah ruang VIP di Stasiun Bogor yang diduga sebagai ruang tunggu gubernur jenderal Hindia Belanda. Di ruangan ini lantainya terbuat dari marmer dan dindingnya memiliki ukiran dari kayu jati.
Melangkah ke peron, Dicky menunjukkan tampilan peron yang sama dengan peron yang dibangun 140 tahun lalu. Khususnya adalah bagian fasad, kemudian atap, rangka, tiang semua masih sama.
Baca Juga: Sejarah Hari Kebebasan Pers Sedunia
Dalam menelusuri jalur kereta Bogor-Cianjur, PT KAI menyediakan dua kereta.
Kereta pertama adalah KA Pangrango, yang menempuh rute Stasiun Bogor Paledang menuju Stasiun Sukabumi.
Perjalanan kemudian diteruskan dengan menumpang KA Siliwangi, yang menempuh rute Stasiun Sukabumi hingga Stasiun Cianjur.
Stasiun Cigombong
Setengah jam melaju dari Stasiun Bogor Paledang, kita akan sampai di Stasiun Cigombong.
Baca Juga: 3 Fakta Ki Hajar Dewantara, Sosok di Balik Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Stasiun ini menjadi bukti bahwa fungsi jalur kereta api di era Hindia Belanda salah satunya adalah sebagai transportasi wisata.