Kerusuhan yang terjadi di Lembaga Permasyarakatan Puraquequara terjadi seiring dengan wabah Covid-19 yang membuat layanan masyarakat di Manaus kewalahan. Selama pandemi, otoritas setempat menggali banyak liang untuk penguburan massal dan peti jenazah pun mulai langka ditemukan.
Siaran televisi Globonews melaporkan rohaniwan penjara nasional di Brazil melayangkan aduan resmi ke kantor pengacara publik di Manaus. Pimpinan agama yang bertugas di penjara itu menduga 300 tahanan sakit dengan gejala mirip Covid-19.
Akan tetapi, otoritas terkait menyangkal dugaan tersebut dan menyatakan tidak ada kasus positif Covid-19 di penjara.
Petugas urusan rohani penjara, yang terikat dengan institusi gereja Katolik di Brazil, dan pejabat lembaga permasyarakatan yang berwenang belum menanggapi pertanyaan yang dilayangkan pada Sabtu (2/5).
Baca Juga: Kisah 4 Orang di 3 Benua Meninggal di Hari yang Sama Akibat Corona
Kantor pengacara publik mengatakan mereka telah mengunjungi penjara pada akhir Maret. Dugaan pihak rohaniwan terkait kondisi di penjara "tidak terbukti". Namun, risiko penyebaran virus tetap jadi perhatian pengacara publik. Pihak tersebut masih memikirkan cara memindahkan para tahanan yang rentan sakit ke tahanan rumah.
Aksi kekerasan, yang sebagian dikendalikan oleh organisasi kriminal, kerap terjadi di Brazil. Pegiat hak asasi manusia menyebut kondisi di penjara mengkhawatirkan karena makanan sulit diperoleh dan banyak sel penjara melebihi kapasitas sehingga tahanan terkadang tidak punya tempat untuk berbaring.
Pada Januari 2017, hampir 150 tahanan tewas akibat bentrok antargeng di beberapa penjara di wilayah utara dan timur laut Brazil. Salah satu di antaranya berlangsung di Manaus. Insiden itu menyebabkan 57 tahanan tewas.
Sementara pada tahun lalu, lebih dari 50 narapidana meninggal akibat dicekik atau ditikam saat antargeng bentrok dalam empat penjara berbeda di Manaus.
Sumber: Antara/Reuters
Baca Juga: Virus Corona 'Tembus' Tembok Penjara, Filipina Bebaskan 9.731 Narapidana