Berupaya Putus Penyebaran COVID-19, Jepang Percepat Peninjauan Remdesivir

Syaiful Rachman Suara.Com
Sabtu, 02 Mei 2020 | 20:59 WIB
Berupaya Putus Penyebaran COVID-19, Jepang Percepat Peninjauan Remdesivir
Virus Corona Covid-19 masih menjadi momok di China, dengan jumlah korban terus mengalami peningkatan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sabtu (2/5/2020), Menteri Kesehatan Katsunobu Kato mengatakan pemerintah Jepang akan mempercepat peninjauan remdesivir, obat yang bisa digunakan untuk mengobati pasien virus corona buatan Gilead Sciences Inc.

Sebagaimana diketahui, Badan Administrasi Pangan dan Obat-obatan Amerika (FDA) memastikan Remdesivir sebagai obat yang bisa digunakan untuk pasien virus Corona (COVID-19). Dengan begitu, produsen Remdesivir (Gilead) sudah bisa memproduksi dan mendistribusikannya secara luas.

"Saya pernah mendengar bahwa Gilead Sciences akan mengajukan persetujuan (di Jepang) dalam beberapa hari," kata Kato kepada wartawan.

"Saya mengeluarkan instruksi sehingga kami akan siap untuk menyetujuinya dalam waktu seminggu atau lebih," sambungnya seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Nestapa 'Gagal Panen' di Kota Tahu saat Ramadan Gara-gara Wabah Corona

Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan pada hari Jumat (1/5/2020) bahwa tengah mempertimbangkan untuk memperpanjang status darurat Jepang yang akan berakhir pada 6 Mei.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. [AFP/Kazuhiro Nogi]
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. [AFP/Kazuhiro Nogi]

Dilansir Reuters, menurut penghitungan NHK, Jepang sejauh ini mengkonfirmasi hampir 15.000 kasus dan 517 kematian akibat virus corona COVID-19.

Di Tokyo, terjadi penurunan kasus harian sejak penyebaran virus itu mencapai puncaknya pada 17 April di angka 201 orang. Sedangkan di akhir pekan ini tercatat 100 kasus baru.

Harian bisnis Nikkei melaporkan, meskipun Gilead berencana untuk mendistribusikan dosis yang cukup untuk menutupi 140.000 pasien di seluruh dunia, Jepang tidak akan menerima cukup untuk semua pasien yang membutuhkan.

Remdesivir, yang sebelumnya gagal sebagai pengobatan untuk Ebola, sedang dicoba melawan COVID-19 karena dirancang untuk menonaktifkan mekanisme di mana virus tertentu, termasuk virus corona, membuat salinan dari diri mereka sendiri dan berpotensi membanjiri sistem kekebalan inang tuan rumah mereka.

Baca Juga: Tak Mampu Bayar Kontrakan, Sekeluarga Tinggal di Masjid sampai Meninggal

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI