Suara.com - Pandemi virus Corona atau Covid-19 memaksa berbagai sektor kehidupan manusia berubah. Di Ghana, pembatasan sosial membuat pemakaman online jadi tren.
Cerita tersebut dibagikan eks Menteri Pendidikan Tersier Ghana, Elizabeth Ohene, yang kini menjadi jurnalis dan kerap menulis untuk BBC.
Setelah merebaknya wabah virus Corona, kehidupan di Ghana, seperti di negara-negara lainnya, berubah. Demi memutus rantai infeksi orang-orang diminta menjaga jarak sosial.
Berbagai fasilitas umum termasuk sekolah disebut Elizabeth mulai ditutup. Kebijakan itu tak terkecuali menyasar pada protokol pemakaman.
Baca Juga: Penerapan PSBB Tangerang Raya Diperpanjang Hingga 17 Mei Mendatang
Pemerintah Ghana mengeluarkan peraturan, setiap pemakaman tak boleh dihadiri lebih dari 25 orang.
Hal itu memicu kebiasaan baru dikalangan masyarakat, yakni menyimpan jenazah di kamar mayat dengan harapan bisa menggelar prosesi pemakaman normal saat pandemi Covid-19 selesai.
Kondisi tersebut membuat kamar-kamar mayat dipenjuru rumah sakit Ghana menjadi penuh. Layanan pemakaman lewat teknologi pun muncul untuk mengurangi imbas tersebut.
"Layanan ini memungkinkan 25 orang atau kurang bisa menyaksikan proses pemakaman secara online," kata Elizabeth dilansir BBC, Sabtu (2/5/2020).
"Saat ini banyak orang yang duduk di rumah mereka dengan laptop di hadapannya. Mereka daftar untuk bergabung dengan layanan tersebut," tambahnya.
Baca Juga: Lockdown Dilonggarkan, WHO: Waspadai Penyebaran Baru Virus Corona
Menurut Elizabeth, apabila tren ini berlanjut, maka budaya pemakaman konvensional di Ghana bisa benar-benar berubah.