Bulan Juli 1945, pihak berwenang AS mencegat sebuah pesan yang menyatakan Hitler tinggal di satu rumah di arena pertanian di Argentina, 700 kilometer dari ibu kota Buenos Aires. Laporan ini sampai ke Direktur FBI, Edgar J. Hoover, yang mengabaikannya.
Sepuluh tahun kemudian, laporan dari kantor CIA di Venezuela menyebut seorang bekas prajurit SS mengaku bertemu Hitler di Kolombia.
Mereka menyertakan foto sang prajurit bersama orang yang diduga sebagai Hitler, sekalipun kantor CIA itu tak bisa memastikan keaslian foto.
Tipuan Soviet
Baca Juga: Mengukur Strategi Kampus Sistem Konvensional Jika Pandemi Berakhir
Jadi apa sebenarnya yang terjadi pada Hitler?
Sesudah sukses menyerbu Berlin bulan April 1945, kekuatan Soviet menguasai jalur pelarian Führer dari kantor kanselir Jerman.
Tanggal 2 Mei, unit kontra intelijen Soviet – yang dikenal dengan nama Smersh – menutup taman dan bunker di Kementrian Luar Negeri yang menjadi pos bagi pemimpin Nazi sejak bulan Januari, saat pasukan Tentara Merah mulai masuk ke Polandia menuju Jerman.
Pencarian jenazah dilakukan dengan kerahasiaan tinggi, menurut sejarawan Anthony Beevor. Bahkan Marshal Georgy Zhúkov, komandan pasukan Soviet yang menyerang Berlin, tak boleh masuk dengan alasan "lokasi tidak aman".
Menurut Beevor, pencarian dan identifikasi mayat ini diikuti dengan sangat seksama oleh Moskow.
Baca Juga: Dubes RI di Arab Saudi Bantah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Akan Dibuka
"Pemimpin Soviet Josef Stalin mengirim seorang jenderal dari NKVD (sebelum namanya berganti jadi KGB) untuk mengawasi identifikasi ini. Si jenderal punya sambungan khusus ke Kremlin dengan pengacak kode untuk laporan langsung," kata Beevor dalam artikel yang ia terbitkan di The New York Times.