Kedubes Kuba di AS Diserang Pria Bersenjata, Motif Pelaku Belum Diketahui

Jum'at, 01 Mei 2020 | 20:04 WIB
Kedubes Kuba di AS Diserang Pria Bersenjata, Motif Pelaku Belum Diketahui
Seorang pria bersenjata menembaki Kedubes Kuba di AS,Kamis (29/4). (Andrew Harnik / AP Foto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kedutaan Besar Kuba di Washington, DC, Amerika Serikat diserang oleh pria bersenjata pada Kamis (29/4) pagi.

Insiden penembakkan yang terjadi sekitar pukul 02.00 waktu setempat ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun membuat beberapa sudut bangunan rusak terkena peluru.

Melansir dari Al Jazeera, polisi telah meringkus dan menahan pelaku yakni Alexander Alazo (42) yang berasal dari Aubrey, Texas.

Berdasarkan laporan polisi yang dikutip Associated Press, polisi menduga penembakan ini sebagai sebuah kejahatan rasial, serta menyebut Alazo telah melepaskan beberapa tembakan ke Kedubes Kuba secara sadar.

Baca Juga: Bentrok dengan Olimpiade, BWF Undur Jadwal Kejuaraan Dunia 2021

Sementara, polisi belum mengetahui motif dibalik aksi penembakan ini. Di dalam tas Alazo, polisi menemukan senapan AK-47, amunisi, dan zat bubuk putih.

Juru bicara Dinas Rahasia AS mengatakan Alazo ditangkap dengan tuduhan memiliki senjata api dan amunis yang tidak terdaftar, menyerang dengan maksud membunuh, dan memiliki senjata api berkapasitas tinggi.

Terkait insiden penembakan ini, Kementerian Luar Negeri Kuba menyatakan anggota staf kedutaan dalam kondisi yang aman dan terlindungi. Penembakan mengakibatkan kerusakan di bangunan gedung seperti pilar dan patung pahlawan Kuba Jose Marti. 

Pemerintah Kuba menyebut pihaknya tidak mengetahui motif tersangka, serta menyampaikan bahwa Departemen Luar Negeri As telah mengetahui kejadian ini.

"Adalah kewajiban negera untuk mengambil langkah-langkah yang tepat guna melindungi tempat misi diplomatik terhadap segala gangguan atau kerusakan."

Baca Juga: Elon Musk Sebut Lockdown Kebijakan yang Tidak Demokratis

Petugas dari Departemen Kepolisan Metropolitan dan Dinas Rahasia AS tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI