Suara.com - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui, perekonomian di negaranya mulai mengalami perubahan imbas pandemi virus corona baru covid-19.
Sejumlah cabang industri di negaranya diprediksi akan mengalami kepunahan, meski virus tersebut telah berakhir.
Dalam pidato tahunan hari buruh internasional, Jumat (1/5/2020), Lee mengatakan virus corona dalam jangka panjang menimbulkan gangguan permanen terhadap sejumlah industri.
Perubahan struktural yang signifikan terhadap perekonomian Singapura kemungkinan besar akan terjadi.
Baca Juga: Kesal Tak Boleh Jumatan, Takmir di Banyumas Mau Robohkan Masjid
"Beberapa pekerjaan akan punah begitu saja. Perusahaan harus mengubah model bisnis mereka agar bisa bertahan hidup," kata Lee dialihbahasakan dari South China Morning Post, Jumat (1/5/2020).
Sejak virus corona merebak, orang-orang lebih nyaman melakukan komunikasi digital dan membeli barang secara online, di tengah masa lockdown yang berlangsung sejak 7 April dan diagendakan berakhir pada 1 Juni mendatang.
Kondisi ini menuntut perusahaan-perusahaan berinovasi dan meningkatkan kapasitas diri untuk mengambil pekerjaan di sektor baru.
Sementara itu, industri lain seperti layanan medis, biotek, produksi dan pengiriman makanan hingga IT akan mengalami pertumbuhan.
"Bahkan, hari ini banyak perusahaan-perusahaan di industri tersebut merekrut banyak orang karena melihat adanya lonjakan permintaan," ungkapnya.
Baca Juga: Ketua DPR Minta Perusahaan Tidak PHK Buruh di Tengah Pandemi Virus Corona
Dalam pidatonya, pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar 60 dolar Singapura atau sekitar 42,5 miliar dolar AS untuk menyelamatkan pekerjaan, mengurangi biaya perusahaan dan membantu mengatasi krisis ekonomi.
Namun, masih banyak perusahaan yang tetap memotong upah pekerjanya demi bisa bertahan di tengah pandemi corona.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura pada Maret lalu memperkirakan pertumbuhan ekonomi menjadi -1 hingga -4 persen sepanjang tahun. Selain itu, tingkat pengangguran di Singapura berada pada level tertinggi sejak kriis keuangan pada 2009, yakni sebesar 2,4 persen.
Saat ini, pemerintah Singapura berencana untuk kembali memulai ekonomi secara progresif setelah kasus positif corona mulai mengalami penurunan. Beberapa industri vital untuk menjaga agar perekonomian tetap berjalan akan dibuka lebih dulu.
"Layanan penting terus berjalan, tetapi seluruh perekonomian harus dibuka secara perlahan-lahan dan tidak semuanya sekaligus," ungkapnya.