Suara.com - Harga minyak mentah dunia kembali meroket pada Kamis (30/4/2020) kemarin. Hal ini setelah ada pernyataan dari beberapa produsen akan memangkas produksi karena minimnya permintaan global imbas pandemi virus corona atau Covid-19.
Permintaan bahan bakar di seluruh dunia merosot sekitar 30 persen pada April. Bahkan setelah produsen minyak utama, yang dipimpin Arab Saudi sepakat untuk memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari, minyak mentah WTI ditutup di wilayah negatif, rekor terendahnya pada 20 April.
Kejatuhan minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) membuat para pedagang panik untuk menghindari pengiriman ketika kontrak front-month Mei berakhir, memaksa para trader untuk membayar 37,63 dolar AS per barel pada settlement untuk menyingkirkan kontrak mereka.
Harga minyak mulai pulih kembali tetapi masih anjlok lebih dari 60 persen sejak awal tahun.
Baca Juga: Kilang Penampungan Penuh, Harga Minyak Mentah 12 Dolar AS per Barel
Mengutip Reuters pada Jumat (1/5/2020) ini, perdagangan terakhirnya di bulan April, minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Juni, patokan internasional, ditutup melambung 2,73 dolar AS atau 12 persen menjadi 25,27 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni, melesat 3,78 dolar AS atau 25 persen, menjadi menetap di posisi 18,84 dolar AS per barel.
Itu adalah penutupan tertinggi untuk Brent sejak 20 April, dan WTI sejak 16 April.
Brent melonjak sekitar 11 perse pada April setelah jatuh lebih dari 65 persen selama tiga bulan sebelumnya. WTI, sementara itu, jatuh untuk bulan keempat berturut-turut, merosot lebih dari 70 persen selama waktu itu, termasuk kerugian 8 persen pada April.
Brent berjangka yang lebih aktif diperdagangkan untuk Juli, yang akan segera menjadi front-month , melejit sekitar 9 persen menjadi 26,48 dolar AS per barel.
Volume minyak WTI berjangka di New York Mercantile Exchange mencapai sekitar 36 juta kontrak pada April, yang menurut data Refinitiv menempatkannya di posisi kedua di bawah rekor 40,9 juta pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Rontok Lagi, Kini di Bawah 20 Dolar AS per Barel
"Harga minyak terlihat sangat konstruktif karena selama satu atau dua bulan ke depan, pasokan akan memenuhi permintaan," kata Edward Moya analis OANDA di New York.