Suara.com - Pemerintah Jerman melarang seluruh kegiatan Hizbullah dan menetapkannya sebagai organisasi teroris. Hal itu diungkapkan juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer, Kamis (30/4/2020).
Pada Kamis pagi, kepolisian menggeledah asosiasi masjid di empat kota. Aparat keamanan meyakini 1.050 orang di Jerman merupakan bagian dari gerakan garis keras di bawah naungan Hizbullah.
Israel dan Amerika Serikat telah mendorong Jerman melarang Hizbullah. Jerman sebelumnya memberi perlakuan berbeda kepada sayap politik Hizbullah dan unit militernya yang bertempur bersama tentara Presiden Bashar al-Assad di Suriah.
"Meskipun pada saat krisis, hukum akan tetap berlaku," tulis Seehofer lewat media sosial Twitter.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Virus Corona, Kota di Swedia Gunakan Kotoran Ayam
Hizbullah telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat. Perlu diketahui, Hizbullah merupakan pendukung Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab, yang menjabat pada Januari kemarin.
Sejumlah organisasi Yahudi menyambut keputusan Pemerintah Jerman itu.
"Ini adalah keputusan Jerman yang penting, sangat dinanti, dan disambut baik," kata Kepala Komite Jemaat Yahudi Amerika Serikat, David Harris.
"Kami sekarang berharap negara-negara Eropa lain dapat melihat keputusan Pemerintah Jerman dan memiliki pemahaman sama mengenai sifat asli Hizbullah," kata Harris seperti dikutip Antara.
Sementara itu, Uni Eropa (EU) menetapkan sayap militer Hizbullah sebagai organisasi teroris, tetapi itu tidak berlaku untuk sayap politiknya.
Baca Juga: Skeptis Soal Pemilu, Donald Trump: China Ingin Saya Kalah!
Parlemen pada Desember tahun lalu menyetujui usulan yang mendesak pemerintah di bawah pimpinan Kanselir Angela Merkel untuk melarang seluruh aktivitas Hizbollah di wilayah Jerman. Parlemen Jerman menyebut Hizbullah melakukan "aktivitas teroris" khususnya di Suriah.