Suara.com - Mantan politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek 'Uki' Prayudi menyentil Tengku Zulkarnain yang sempat mengklaim harga sembako pada era Presiden Soeharto jauh lebih murah dan terjangkau.
Uki lantas membandingkan besaran Upah Minimum Regional (UMR) di DKI Jakarta pada tahun 1998 dengan UMR tahun 2019.
Dari perbandingan yang dibuat oleh Uki, hasilnya pada tahun 1998 daya beli UMR hanya mampu untuk membeli 71 kilogram per bulan. Sementara, pada tahun 2019, daya beli UMR bisa untuk membeli 402 kilogram beras dalam sebulan.
"UMR 1998: Rp.198.500. Harga beras medium: Rp.2.800/kilogram. Daya beli UMR: 71 kilogram beras/bulan. UMR 2019: Rp.3.940.973. Harga beras medium: Rp.9.800/kilogram. Daya beli UMR: 402 kilogram beras/bulan," tulis Uki via akun Twitter-nya @Uki23.
Baca Juga: Dapat Cuti Bersyarat, Napi Hoaks Asrama Mahasiswa Papua Bebas Sejak Maret
Ia pun meminta Tengku Zul untuk lebih berhati-hati dalam berbicara.
"Saran saya, sebaiknya pak Ustadz membicarakan apa yang Anda kuasai saja. Selamat puasa," kata Uki @Uki23.
Cuitan balasan dari Uki pun langsung viral di media sosial dan menyedot perhatian warganet.
Salah seorang warganet membalas dengan bertanya apakah gaji UMR selama satu bulan hanya dipakai untuk membeli beras saja.
"Oh ya gajiannya buat beli beras aja ya?" tanya @dodol_bae.
Baca Juga: Peralatan Mandi Bisa Jadi Sarang Virus, Begini Cara Benar Penggunaannya
Namun, Uki segera menjawab dengan mengatakan bahwa kalkulasi yang ia lakukan hanya sebagai ilustrasi semata.
"Bukan pak, itu adalah ilustrasi kasar saja nilai besaran UMR terhadap makanan pokok untuk memudahkan awam memahami perbedaan di antara dua zaman. Bisa saja pakai indikator makro seperti GDP, PPP, inflasi dll. Tapi cara ini mudah sekali dipahami," ujarnya.
Sebelumnya, Tengku Zul lewat akun Twitter-nya @ustadtengkuzul kembali bernyanyi dengan mengatakan harga sembako di era Soeharto sangat murah meskipun dalam kondisi krisis.
"Saat bapak ini berkuasa sembako dan sembilan bahan pokok dibuat murah. Bahkan sampai harga telur, cabe keriting, garam, gula dibacakan pak Harmoko. Tidak ada yang berani spekulasi harga. Tidak perlu melemparkan sembako dari mobil dinas atau pribadi. Cukup buat harganya murah. Titik," kata @ustadtengkuzul.