Kisahnya ini berawal ketika Malabari memakamkan jenazah seseorang bernama Sakina yang mengidap HIV pada tahun 1990. Sakina dibawa ke rumah sakit oleh suami dan anaknya, namun kemudian keluarganya menghilang.
Upaya untuk melacak mereka setelah kematiannya tidak membuahkan hasil. Jadi, dia telah berbaring di kamar mayat selama sebulan.
Pejabat lokal putus asa, dan mengajukan permohonan kepada sukarelawan Muslim yang mau memakamkannya.
Mr Malabari, yang saat itu baru berusia 21 tahun, tersentuh oleh iklan dan memutuskan untuk membantu. Dia menghubungi satu-satunya organisasi di Surat yang mengubur mayat tidak diketahui, namun sedang tidak ada petugas.
Baca Juga: Detik-detik Pemakaman Wali Kota Syahrul, Istri dan Anak Pakai APD
"Saya merasa itu tidak adil," kata Malabari. Jadi dia pergi ke rumah sakit dan memberi tahu para pejabat bahwa dia akan mengubur Sakina.
Menurut kesaksiannya kondisi jenazah, "sangat busuk", namun tetap ia kerjakan seorang diri dan memakan waktu seharian. Kemudian ia menyadari tidak bisa hanya mengandalkan satu orang untuk pekerjaan ini.
"Butuh waktu seharian, dan aku juga sadar aku tidak bisa melakukan ini sendirian." ujarnya.
Sejak saat itu dia mulai beramal dengan memakamkan jenazah secara sukarela. Dia mengatakan keluarganya yang menjalankan bisnis tekstil, awalnya menentangnya.
"Saya ingat mengatakan kepada mereka bagaimana Islam mengatakan bahwa setiap warga negara memiliki kewajiban untuk membantu dan membawa perjalanan terakhir seseorang dengan kemanusiaan dan rasa hormat. Saya hanya melakukan itu sebagai sesama manusia." jelasnya.
Baca Juga: Malam Ini, Pemakaman Walkot Tanjungpinang Dilakukan Petugas Berpakaian APD
Sekarang ayah dari tiga anak ini"bahagia" dan "bangga" terhadap apa yang dilakukannya. Sejak saat itu, kegiatan sosialnya telah berkembang menjadi 35 sukarelawan dan memiliki sekitar 1.500 donor, serta bantuan dan dukungan dari para pejabat.