India Batalkan Pesanan Alat Tes Covid-19 dari China, Diklaim Kurang Akurat

Selasa, 28 April 2020 | 19:56 WIB
India Batalkan Pesanan Alat Tes Covid-19 dari China, Diklaim Kurang Akurat
Ilustrasi rapid test virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - India, negara di bagian Asia Selatan ini juga ikut terpapar virus corona covid-19, bahkan hingga mengambil kebijakan lockdown untuk menanggulanginya.

Sebagai salah satu bentuk penanganan, pemerintah India mengadakan proses tes Covid-19. Untuk memenuhi kebutuhan alat tes, India memesannya kepada China.

Namun, India telah membatalkan pesanan alat tes cepat (rapid test) sekitar setengah juta kit setelah mereka mengklaim menemukan kesalahan pada tes kit tersebut, dilansir dari BBC News.

Pemerintah India juga telah menarik kit yang dipesan dari China tersebut yang sudah digunakan di beberapa negara bagian.

Baca Juga: Ridwan Kamil Gelar Tes Swab di KRL, Ainun Najib: Luar Biasa, Salut Kang!

Rapid test kit tersebut diklaim tidak dapat menguji virus corona itu sendiri, hingga mengundang keprihatinan beberapa ilmuwan India.

Awalnya Dewan Penelitian Medis India (ICMR), enggan untuk mengizinkan rapid test. Namun setelah berbagai dorongan dari negara bagian, akhirnya diizinkan.

Kemudian ICMR mengimpor alat rapid test dari dua perusahaan China. Segera setelah itu, negara-negara mulai mengeluh bahwa alat tes hanya memiliki tingkat akurasi 5%.

Bahkan, mereka telah menggunakan alat tes tersebut pada pasien yang sudah mereka ketahui positif, tetapi tes menunjukkan hasil "negatif" untuk antibodi.

Rapid test kit tersebut juga gagal dalam pemeriksaan kualitas oleh ICMR.

Baca Juga: Nakes Meninggal Setelah Ditolak Tes Corona dan 4 Berita Kesehatan Lainnya

Pihak China membantah klaim India yang mengatakan alat tes tidak sesuai dengan pesanan mereka.

"Kualitas produk medis yang diekspor dari Tiongkok diprioritaskan. Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu-individu tertentu untuk menyebut produk-produk China sebagai 'salah' dan melihat masalah dengan prasangka pre-emptive," kata juru bicara kedutaan besar China Ji Rong dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa, dikutip dari BBC News.

Menurut China, alat tersebut membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk memberikan hasil dan diharapkan untuk mendeteksi antibodi dalam darah orang yang mungkin memiliki infeksi.

Alat tersebut membantu petugas dengan cepat memahami skala infeksi di area tertentu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI