Sedang Diuji Jadi Obat Covid-19, Obat Maag Ludes di Amerika Serikat

Selasa, 28 April 2020 | 14:51 WIB
Sedang Diuji Jadi Obat Covid-19, Obat Maag Ludes di Amerika Serikat
Ilustrasi obat-obatan [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hingga kini penelitian dan pengembangan obat dan vaksin virus corona terus dikebut.

Masyarakat juga sepertinya memantau setiap obat yang dites sebagai tameng Covid-19 ini.

Dikutip dari Business Insider pada Selasa (28/04), bahan aktif dalam banyak obat sakit magg sedang dipelajari sebagai kemungkinan obat virus corona.

Hal tersebut berdampak pada ludesnya obat-obat dengan kandungan tersebut di toko-toko obat Amerika Serikat.

Baca Juga: Imbas Pandemi Covid-19, Perluasan Stadion Anfield Mundur Satu Tahun

Famotidine, antasid dan antihistamin yang ditemukan pada obat gejala sakit magg dan heartburn, saat ini sedang digunakan dalam uji coba oleh para peneliti di Northwell Health di wilayah Kota New York.

Bahkan ketika Dr. Kevin Tracey salah satu peneliti New York, mendesak orang untuk tidak menimbun obat-obatan tersebut dan memakainya sebagai obat Covid-19, pengecer seperti Amazon dan Walgreens sudah mengalami kekurangan stok.

Di Amazon keberadaan obat tersebut sudah terjadi kelangkaan sejak Senin (27/08). Begitu juga di CVS, perusahaan farmasi terbesar AS juga sudah kehabisan stok obat tersebut.

Kelangkaan obat-obatan tersebut juga terjadi di Los Angeles, Chicago, Houston dan kota-kota lain. Perusahaan farmasi lainnya seperti Walgreens juga kehabisan persediaan obat tersebut.

Dr. Kevin Tracey juga menyayangkan hal ini bisa terjadi, sebab terlalu dini untuk menyatakan bahwa famotidine akan berguna dalam pengobatan pasien virus corona.

Baca Juga: Adios, Madeira! Cristiano Ronaldo Balik ke Turin Tengah Pekan Ini

Terlebih belum ada hasil resmi mengenai penelitian obat-obatan tersebut sebagai obat Covid-19.

"Anda tidak harus pergi ke toko obat dan minum banyak obat sakit maag," kata Dr. Kevin kepada CNN.

Kekhawatiran ini sebenarnya sudah diprediksi sejak awal penelitian ini dilaksanakan.

"Jika kita membicarakan hal ini kepada orang yang salah atau terlalu cepat, pasokan obat akan habis," kata Dr. Tracey dikutip dari Business Insider.

Sebelumnya juga ada obat-obatan yang dianggap mampu untuk menanggulangi Covid-19 yakni hydroxychloroquine. Namun juga belum ada hasil resmi mengenai kebenaran tersebut.

"Ketakutan, kekacauan, dan kepanikan adalah ancaman yang jauh lebih besar bagi kemanusiaan daripada virus, terutama untuk terapi yang mungkin atau tidak mungkin berhasil," ujar Michael Rea, CEO Rx Savings Solution.

"Jangan biarkan rasa takut menentukan keputusanmu. Hanya gunakan obat, minta resep obat, membeli obat jika kau benar-benar membutuhkannya."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI