Haru, Begini Kesaksian Petugas Pemulasaran Jenazah Pasien Virus Corona

Senin, 27 April 2020 | 19:47 WIB
Haru, Begini Kesaksian Petugas Pemulasaran Jenazah Pasien Virus Corona
Ilustrasi pemakaman jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni membungkusnya menggunakan plastik. (FOTO ANTARA/Dok)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jumlah warga yang meninggal akibat virus corona atau Covid-19 masih bertambah dari hari ke hari. Kenyataan ini menyisakan kisah tersendiri bagi petugas pemulasaran jenazah pasien virus corona.

Seperti Sahrul, petugas yang menceritakan pengalamannya ketika merawat jenazah berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun positif virus corona.

Petugas Instalasi Pemulasaran Jenazah (IPJ) di RSPI Sulianti Saroso itu mengaku, setidaknya dirinya telah mengurus 30 jenazah sejak pemerintah mengumukan kasus pandemi virus corona di bulan Maret.

Selama bertugas, ia dan dua petugas pemulasaran lainnya harus memakai alat pelindung diri (APD) lengkap dan berpacu dengan waktu yang relatif singkat.

Baca Juga: Aksi Sosial Para Driver Gojek Diapresiasi Kaka Slank

Terlebih seperti yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan, proses pemulasaran jenazah hanya diberikan waktu 4 jam.

"Prosesnya memang makan waktu. Kami harus betul-betul teliti, betul-betul sebersih mungkin. Jangan sampai ketinggalan ini-itu, desinfektan kurang atau apa," ujar Sahrul kepada BBC.com -- jaringan Suara.com, Minggu (27/4/2020).

Sementara itu, menurut pengakuan Sahrul, hal pertama yang harus dilakukan saat memuliakan jenazah yakni memindahkannya ke ruang pemulasaran untuk dimandikan atau ditayamumkan bila keadaan tidak memungkinkan.

Selama proses tersebut, ia mengaku sering mengalami dehidrasi dan kekurangan oksigen lantaran mengenakan APD sesuai prosedur.

"Kami memakai masker N95, masker bedah dalam waktu dua sampai tiga jam. Kami kekurangan cairan, oksigen, keringat semua bercucuran karena pakai apron panas sekali," sambungnya.

Baca Juga: Anak Celurit Leher Selinghuan Ibunya, Kesal Mereka Kumpul Kebo

Setelah membersihkan jenazah, Sahrul dan petugas lainnya pun harus memindahkan jenazah ke kantong dan peti mati yang sudah disediakan.

Proses ini menurut Sahrul menjadi tantangan yang cukup berat. Sebab, beberapa jenazah yang meninggal rata-rata berbobot di atas 70-80 kilogram, sedangkan belum tersedia fasiltas untuk proses pemindahan jenazah.

"Itu yang membuat kami kadang kerepotan," ungkap Sahrul.

Ikut Mensalatkan

Pengorbanan Sahrul pun tak cukup sampai di situ. Ia juag mengaku kini turut mensalatkan jenazah yang beragama muslim.

Sahrul yang semula tak pernah ikut mensalatkan jenazah di rumah sakit, kini merasa memiliki kewajiban untuk melakukannya.

"Jenazah itu memang bisa membahayakan kita dari segi kesehatan. Tapi satu kewajiban kita untuk memuliakan mereka...Tak usah disuruh, saya pasti salatkan jenazah," tutur Sahrul.

Selama proses tersebut,  Sahrul pun tak lupa mengantar kepergian jenazah pasien virus corona dengan doa.

"Saya berdoa, mudah-mudahan mereka diterima di sisi-Mu dan an diampuni dosanya. Juga keluarga diberi ketabahan dan berkah," kata Sahrul, memungkasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI