Suara.com - Senin (27/4/2020), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kembali bertugas setelah kurang lebih satu bulan menjalani perawatan intensif virus corona. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Perdana Menteri berusia 55 tahun itu terjangkit COVID-19 ketika pandemi virus itu meningkat tajam di Inggris.
Baru kembali ke Downing Street, tantangan serius pun dihadapi Johnson. Yaitu memikirkan bagaimana caranya mengangkat lockdown yang saat ini mengakibatkan ekonomi Inggris makin terpuruk, tanpa memicu terjadinya kembali penyebaran virus corona COVID-19.
"Dia (PM Johnson) sudah kembali bekerja. Seperti bisa Anda lihat nanti, dia penuh semangat," kata Edward Argar, menteri kesehatan junior.
Pada hari pertamanya kembali bekerja, Johnson sudah mendapat tekanan dari kubu oposisi yang mendesaknya agar segera menyusun rencana pelonggaran lockdown.
Baca Juga: Tingkat Kematian Akibat Virus Corona di Indonesia Tertinggi di Asia
Menanggapi tekanan tersebut, Menter Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan jika pemerintah pastinya akan melangkah dengan hati-hati dan penuh pertimbangan.
“Dia (Johnson) akan mulai bekerja full-time per Senin, 27 April 2020 dan dia sangat bersemangat untuk bekerja,” ujar Dominic Raab.
“Kita ini sedang ditahap sensitif dan berbahaya. Kita harus memastikan langkah selanjutnya diambil dengan baik,” sambungnya seperti dikutip Reuters.
Dilansir worldometer.info, Senin (27/4/2020), terjadi kenaikan sebanyak 4.463 kasus di Inggris. Dengan penambahan tersebut, total kasus virus corona di Inggris kini sebanyak152.840 kasus.
Sementara angka kematian akibat virus corona di penjuru Inggris, dalam 24 jam terakhir, bertambah sebanyak 413 orang. Total jumlah korban meninggal akibat virus corona di Inggris menjadi 20.732 orang.
Baca Juga: Akibat Pidato Donald Trump, Banyak Warga AS Keracunan Suntik Disinfektan