Di Sulawesi Selatan, pasukan Belanda melancarkan gerakan yang dikenal sebagai 'metode Westerling'.
Mereka menyasar desa-desa dan emisahkan para pria dari wanita dan anak-anak. Orang-orang yang diduga memiliki sikap anti-Belanda langsung dieksekusi.
Penyelidikan Belanda pada tahun 1950-an menemukan bahwa lebih dari 3000 orang telah terbunuh dalam 3 bulan. Bahkan, perkiraan dari Indonesia angka itu bisa lebih tinggi.
Selain Monji, ada pula Yaseman yang turut memberikan kesaksian dalam sidang atas kekerasan masa lalu Belanda.
Baca Juga: Sebulan di Rumah Aja, Ayu Ting Ting Akhirnya Kembali Bekerja
Yaseman adalah seorang petani di Jawa Timur yang mengalami kekerasan fisik oleh tentara Belanda pada tahun 1947.
Saat itu, tentara menghancurkan tengkoraknya dengan sebongkah kayu dan menyundurkan rokok ke kepalanya.
Dua bekas luka di kulit kepalanya diperlihatkan kepada para hakim pengadilan melalui aplikasi Skype.
Ia juga mengaku dipaksa untuk minum air sebanyak-banyaknya kemudian mendapat tendangan di perutnya.
Yaseman juga mengatakan sempat merasakan pedihnya disetrum oleh para tentara.
Baca Juga: Gugus Tugas: Perbedaan Data Corona karena Masalah Komunikasi
Namun, sebelum Yaseman mendapat keputusan dan kompensasi dari pengadilan Belanda, pria berumu 89 tahun tersebut meninggalkan dunia terlebih dahulu.