Hampir 14 Persen Warga New York Miliki Antibodi Penangkal COVID-19

Syaiful Rachman Suara.Com
Jum'at, 24 April 2020 | 17:07 WIB
Hampir 14 Persen Warga New York Miliki Antibodi Penangkal COVID-19
Gubernur New York, Andrew Cuomo. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hasil awal survei di negara bagian New York, Amerika Serikat, memprediksi hampir 14 persen dari total responden kemungkinan memiliki antibodi penangkal jenis baru virus corona (SARS-CoV-2), penyebab COVID-19 dalam tubuhnya, kata Gubernur New York Andrew Cuomo, Kamis (23/4/2020).

Cuomo memprediksi sekitar 2,7 juta warga New York kemungkinan telah tertular virus.

Survei yang melibatkan 3.000 responden itu dinilai memiliki sejumlah batasan. Namun bagi Cuomo, hasil awal penelitian dapat menunjukkan gambaran mengenai tingkat kematian COVID-19 yang lebih rendah dari perkiraan banyak ahli. Dari hasil survei, tingkat kematian akibat COVID-19 di New York mencapai kurang lebih 0,5 persen.

"Jika tingkat penularan 13,9 persen, itu akan mengubah teori untuk menghitung tingkat kematian apabila Anda tertular virus," kata Cuomo saat pengarahan harian.

Baca Juga: Bandara YIA dan Adisutjipto Setop Penerbangan Komersial Sampai 1 Juni

Tingkat kematian 0,5 persen itu dihitung dari jumlah korban tewas akibat COVID-19 di New York sebanyak 15.500 jiwa dibagi prediksi jumlah orang tertular virus 2,7 juta jiwa atau sekitar 14 persen dari keseluruhan penduduk New York sebanyak 19 juta jiwa.

New York, Amerika Serikat. (Anadolu Agency)
New York, Amerika Serikat. (Anadolu Agency)

Otoritas di New York pada Kamis mencatat 263.460 kasus positif COVID-19 dan 15.740 di antaranya meninggal dunia. Jumlah korban tewas mencapai hampir enam persen dari jumlah pasien positif.

Di antara banyak batasan survei, Cuomo mengatakan angka kematian resmi yang disiarkan pemerintah tidak mewakili jumlah korban sebenarnya. Pasalnya, otoritas setempat hanya dapat menghitung pasien yang meninggal dunia di rumah sakit dan panti jompo. Pemerintah tidak dapat memetakan korban yang tewas di rumah tanpa pernah diagnosa tenaga kesehatan.

Survei yang digelar di New York itu menyasar orang-orang yang berbelanja, tetapi bukan untuk bekerja. Artinya, responden bukan pekerja garis depan seperti pedagang, penjaga supermarket, atau supir bus.

"Para responden survei merupakan orang yang dianggap berpotensi lebih rentan tertular virus dibandingkan dengan mereka yang diam di rumah," kata Cuomo.

Baca Juga: Jarah Makanan di Tengah Pandemi, Seorang Pria Tewas Diterjang Timah Panas

Warga mengantre untuk mendapat giliran masuk ke pusat perbelanjaan di New York (VOA Indonesia)
Warga mengantre untuk mendapat giliran masuk ke pusat perbelanjaan di New York (VOA Indonesia)

Setelah mengabaikan sejumlah batasan itu, Cuomo menyebut data awal survei menambah pengetahuannya mengenai penularan virus. Ia akan menyampaikan ke publik rencana membuka kembali New York setelah menjalani karantina wilayah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI