Suara.com - Di tengah pandemi virus corona COVID-19 yang melanda hampi seluruh belahan dunia, virus Flu Babi Afrika (ASFV) menyebar cepat ke seluruh Papua Nugini. Papua Nugini sendiri sudah secara resmi mencatat mengumumkan kehadiran flu babi pada akhir Maret kemarin.
Surat kabar lokal Post Courier pada Jumat (24/4/2020) melansir bahwa terjadi wabah signifikan di bagian selatan, Provinsi Hela dan Enga.
Penyakit, yang tidak menjangkiti manusia namun mematikan bagi babi, memberikan pukulan keras bagi industri babi di sejumlah negara Asia dalam beberapa bulan belakangan.
National Agriculture Quarantine and Inspection Authority (NAQIA), atau badan pengawas pertanian dan karantina nasional Papua Nugini melarang ekspor babi dan produk daging babi dari tiga provinsi terdampak. Peternak setempat meminta langkah lebih lanjut mengenai isu tersebut.
Baca Juga: Masjid Kemayoran Digembok, Usai Pria Pingsan Mendadak Selepas Salat Magrib
"Kami kehilangan sekitar 10-20 babi per hari di masing-masing desa sejak penyakit tersebut pertama kali ditemukan," kata peternak babi Jill Jackson kepada Post Courier seperti dimuat Antara.
"Kami mewajibkan otoritas seperti NAQIA dan lainnya untuk lebih sadar atas masalah ini serta bagaimana dan apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu menghadapi penyebaran virus flu babi Afrika ini."
Babi merupakan komoditas berharga, terlebih di provinsi dataran tinggi PNG, dan kasus baru COVID-19 menambah masalah bagi masyarakat.