Dua Pekan PSBB, Pola Prilaku Sosial Masyarakat Jakarta Berubah

Jum'at, 24 April 2020 | 14:20 WIB
Dua Pekan PSBB, Pola Prilaku Sosial Masyarakat Jakarta Berubah
Sosiolog UNJ Ubedilah Badrun. (suara.com/Nikolaus Tolen)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diiringi dengan anjuran social distancing serta physical distancing atau jaga jarak aman di tengah pandemi Covid-19, dinilai mempengaruhi pola prilaku sosial masyarakat.

Pola hubungan sosial antarorang yang biasanya hangat dan akrab berubah menjadi interaksi sosial melalui dunia digital yang semu.

"Di antaranya berdampak pada menurunnya kehangatan sosial atau harmoni sosial antar warga. Interaksi sosial polanya bergeser dari pola konvensional ke pola digital, kata Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun kepada Suara.com, Jumat (24/4/2020).

Dia menjelaskan, pola hubungan sosial melalui digital sangat minim kehangatan, interaksinya hampa perasaan yang natural. Meski melalui media digital itu ada simbol ekspresi perasaan, tetapi itu tetap tidak bisa mewakili perasaan atau kehangatan yang natural dalam berinteraksi.

Baca Juga: Anies Perpanjang PSBB Jakarta 28 Hari, Sopir Ojol Makin Menjerit

Namun di sisi lain, kehangatan sosial warga bergeser ke kehangatan sosial keluarga. Karena intensitas interaksi langsung di dalam rumah lebih tinggi dibanding interaksi dengan sesama warga masyarakat.

"Meskipun jaga jarak dalam satu keluarga juga tetap diperlukan, tetapi tidak seketat dengan di luar rumah," ujarnya.

Pola kehidupan sosial juga bisa berubah, terutama ketika kehidupan ekonomi seseorang mengalami penurunan secara drastis. Ketegangan psikologis tentu terjadi karena beban hidup yang berat, hal ini tentu memicu tingginya tingkat stres masyarakat.

"Jika hal ini tidak bisa diatasi, bisa mengakibatkan ketegangan sosial yang dapat memicu tindakan kekerasan," tuturnya.

Situasi interaksi sosial juga bisa terganggu seperti fenomena orang yang diam dan enggan berinteraksi antarsesama.

Baca Juga: Ikuti PSBB, Jakarta Bebas Ganjil Genap Diperpanjang Sampai 22 Mei

Hal itu terjadi karena dua hal, pertama, karena beban hidup yang makin berat membuat individu manusia malas untuk berinteraksi, apalagi sekedar berinteraksi yang bersifat bercanda, tanpa keuntungan finansial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI