Luncurkan 'Jamu' Penangkal Covid-19, Presiden Madagaskar Dikritik WHO

Kamis, 23 April 2020 | 17:07 WIB
Luncurkan 'Jamu' Penangkal Covid-19, Presiden Madagaskar Dikritik WHO
Presiden Madagaskar Andry Rajoelina (kiri) dan dan Dr Charles Andrianjara, Direktur Institut Malagasy des Recherches Appliquees (IMRA), berbicara kepada pers dalam acara peluncuran "Jamu Covid" di Antanarivo, Senin (20/4/2020). [AFP/Rijasolo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkritik pernyataan Presiden Madagaskar Andry Rajoelina yang menyebut 'jamu' buatan negaranya bisa menangkal virus Corona Covid-19.

Melansir BBC, Kamis (23/4/2020), WHO tak merekomendasikan tiap negara membuat obat masing-masing untuk virus Corona.

Seraya mengulangi komentar Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, uji coba berskala internasional tengah dilakukan untuk mencari vaksin Covid-19.

"Tak ada jalan pintas dalam menemukan media efektif untuk memerangi virus Corona," kata WHO, dilansir BBC, Kamis (23/4/2020).

Baca Juga: Sudah Dapat Segalanya dari Uang hingga Capres, Pacquiao Disarankan Pensiun

Profesor Brian Klaas, seorang peneliti untuk negara-negara Afrika termasuk Madagaskar dari University College London, menyebut sikap Rajoelina dapat menyebabkan kesalahpahaman.

Menyebut 'jamu' atau obat herbal yang belum terbukti secara klinis sebagai obat virus Corona, disebutnya akan membahayakan masyarakat.

"Ini berbahaya karena dua alasan. Satu, beberapa orang akan membelinya, padahal seharusnya tidak perlu," ujar Klaas.

"Kedua, hal itu akan memberikan orang rasa aman yang palsu. Masyarakat akan melakukan hal-hal yang justru membawanya pada risiko tinggi," tambahnya.

Sebelumnya, Presiden Madagaskar Andry Rajoelina dengan bangga mengumumkan negaranya telah berhasil menemukan obat untuk menyembuhkan virus Corona.

Baca Juga: Mau Ngobrol Bareng Legenda Tinju Dunia Mayweather? Ini Tarifnya

Jamu berbentuk teh herbal itu dikatakan telah diuji pada 20 orang pasien selama tiga minggu, dan hasilnya teruji ada yang sembuh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI