Suara.com - Arief Budiman, sosiolog kenamaan sekaligus kakak kandung aktivis '66 Soe Hok Gie meninggal dunia di salah satu rumah sakit di Salatiga, Jawa Tengah. Pria dengan nama asli Soe Hok Djin ini wafat pada usia 81 tahun.
Kabar duka tersebut dibagikan oleh jurnalis senior Andreas Harsono melalui akun Twitter miliknya @andreasharsono.
Arief Budiman meninggal dunia pada Kamis (23/4/2020) sekitar pukul 11.00 WIB. Arief diketahui mengidap penyakit parkinson.
"Arief Budiman atau Soe Hok Djin (1939-2020) meninggal dunia sejam lalu di rumah sakit dekat Salatiga, Jawa Tengah sesudah menderita Parkinson. Arief cendekiawan publik, dulu mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana dan Universitas Melbourne," kata Andreas seperti dikutip Suara.com, Kamis (23/4/2020).
Baca Juga: Terekam CCTV, Begal Seret Pengusaha Roti Hingga 3 Meter di Batam
Sama seperti adiknya, Soe Hok Gie, Arief Budiman juga menjadi aktivis Angkatan 66. Mengutip dari Kajanglako.com yang ditulis oleh Dr Riwanto Tirtosudarmo, Arief Budiman merupakan salah seorang cendekiawan yang mengalami ujung masa Soekarno dan besar bersama Orde Baru.
Ia menyelesaikan studinya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan menulis skripsi tentang Chairil Anwar . Kemudian melanjutkan kuliah di jurusan sosiologi Universitas Harvard.
Menurut kabar yang beredar, Arief Budiman sengaja disekolahkan jauh ke luar negeri agar tidak membuat Soeharto, pemimpin kala itu, pusing dengan ulahnya.
Di kampus bergengsi dunia itu, Arief Budiman menulis tesis doktor tentang eksperimen sosialisme Presiden Allende di Chili yang digagalkan CIA. Saat menyelesaikan disertasinya ia sempat diundang Cllifford Geertz ke Princeton.
Setelah lulus, ia kembali ke Indonesia dan menjadi dosen di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga.
Baca Juga: Medan Tolak Lakukan PSBB Corona, Cuma Isolasi Kluster
Romo Manguwijaya membangunkan rumah burung-burung Manyar yang menjadi tempat tinggal Arief Budiman hingga akhir hayatnya.
Setelah Arief Budiman, George Aditjondro dan Ariel Heryanto juga menjadi dosen di UKSW dan menjadikan kampus tersebut sebagai 'sarang pengkritik' pembangunan Orde Baru.
DI UKSW Arief Budiman menjadi mentor generasi muda aktivis yang saat ini banyak melahirkan tooh publik.
Salah satunya Ketua Dewan Pers periode 2016-2019 Yosep Stanley Adi Prasetyo merupakan anak didik Arief Budiman.
Aksi Arief Budiman kembali membuat Soeharto gerah. Saat Arief Budiman melakukan aksi protes atas keputusan pemilihan Rektor UKSW pada 1995 yang seharusnya dimenangkan oleh Liek Wilarjo, Arief Budiman dipecat sebagai dosen.
Setelah berhenti menjadi dosen, ia pindah ke Melbourne, Australia. Disana ia menjadi Direktur Herbeth Feith Institute kemudian menjadi dosen tetap di Universitas Melbourne hingga pensiun.
Setelah pensiun, Arief memutuskan tinggal di Sidorejo Lor, salatiga bersama sang istri, Leila Ch Budiman. Penyakit Parkinson perlahan-lahan menggerogoti kemampuan fisiknya.
Semasa hidupnya, Arief Budiman banyak membuat karya sastra. Berikut karya sastra yang dilahirkan oleh Arief Budiman semasa hidupnya:
- Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan (skripsi sarjana psikologi UI) (Pustaka Jaya, 1976)
- Perdebatan Sastra Kontekstual (editor Ariel Heryanto; memuat tulisan Arief Budiman tentang topik ini) (1985)
- Transmigrasi di Indonesia: Ringkasan Tulisan dan Hasil-Hasil Penelitian (1985)
- Pembagian kerja secara seksual: sebuah pembahasan sosiologis tentang peran wanita di dalam masyarakat (Gramedia, 1982)
- Jalan Demokrasi ke Sosialisme: Pengalaman Chile di Bawah Allende (Disertasi untuk gelar Doktor sosiologi pada Universitas Harvard) (1986)
- Melawan Tanpa Kebencian (Galangpress, 2018)
Arief Budiman juga pernah mendapatkan penghargaan atas karya esainya berjudul 'Manusia dan Seni'. Ia mendapatkan Hadiah Ketiga majalah Sastra pada 1963.
Selain itu, Arief Budiman juga pernah menerima penghargaan dari Bakrie Award yang disponsori oleh keluarga Bakrie dan Freedom Institute untuk bidang penelitian sosial pada 2006.