Cara Gangster Beradaptasi dengan Corona, Bagikan Sembako sampai Bunuh Orang

Dany Garjito Suara.Com
Kamis, 23 April 2020 | 08:05 WIB
Cara Gangster Beradaptasi dengan Corona, Bagikan Sembako sampai Bunuh Orang
Ilustrasi gangster, mafia, kartel. (Pexels/Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi virus corona atau Covid-19 tak serta merta menghentikan para gangster dan kartel narkoba di Meksiko. Ya, selain bekerja di jalan kejahatan, mereka juga menempuh jalan kebaikan dengan memberikan bantuan sosial (bansos) untuk warga yang kurang mampu.

Akan tetapi, pada Senin (20/4/2020) lalu, Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador mengajukan permintaan yang tak lazim.

Diberitakan BBC News Indonesia -- jaringan Suara.com, Presiden Meksiko ini mengatakan kepada kelompok gangster agar berhenti menyumbangkan bansos selama pandemi Covid-19 dan fokus mengakhiri kekerasan yang telah merenggut lebih dari 100 nyawa pada hari sebelumnya.

Kartel-kartel narkoba Meksiko bukan satu-satunya yang terus beroperasi — kejahatan terorganisir di seluruh Amerika Latin, mulai dari kelompok gangster di Kolombia hingga "milisi" perkotaan di Brasil, terus unjuk kekuatan saat terjadi pandemi Covid-19, seperti dilaporkan wartawan BBC Monitoring Amerika Latin, Luis Fajardo.

Baca Juga: Kelompok Anarko Disebut Kerap Dijadikan Kambing Hitam Sejak Abad 19

Pada 7 April lalu, ketika Kolombia memasuki hari ke-14 karantina nasional guna membendung penyebaran virus corona, prosesi pemakaman yang melibatkan massa berskala besar digelar di Bello, kawasan permukiman yang dipadati warga kelas pekerja di pinggiran kota Medellín.

Ratusan orang bergabung dalam proses permakaman, yang secara terang-terangan melanggar pembatasan sosial, untuk menghormati sosok Edgar Pérez Hernández yang terbaring kaku di peti mati.

Pria yang juga dikenal sebagai 'El Oso' (Si Beruang) itu diduga kuat kepala kelompok gangster Niquía-Camacol yang berkuasa di seantero Medellín. Dia meninggal sehari sebelumnya akibat serangan jantung di balik jeruji penjara.

"Para peserta arak-arakan bertepuk tangan, seraya menembakkan senjata mereka ke udara," demikian laporan surat kabar lokal, menggambarkan aksi massa.

Angka kejahatan selama pandemi Covid-19

Baca Juga: Salut! Tobat Jadi Raja Jalanan, Geng Motor Bandung Ini Ikut Tangkap Begal

Ilustrasi narkoba. [Shutterstock]

Para analis menunjukkan, seperti halnya bisnis lain yang terdampak akibat wabah virus corona, eksistensi sindikat kriminal di Amerika Latin menghadapi ancaman lantaran terjadi gangguan besar pada rantai pasokan internasional mereka.

Kolumnis Meksiko, Héctor de Mauleón, memperlihatkan beragam kesulitan yang dihadapi para kartel narkoba.

Menurutnya, bisnis sejumlah kartel tak hanya terdampak anjloknya penjualan obat-obatan terlarang di Amerika Serikat — pasar utama kartel Meksiko — tetapi juga terhentinya pasokan berbagai bahan kimia yang diperlukan untuk membuat obat-obatan dari China.

Pada saat yang sama, ketika perbatasan AS-Meksiko ditutup untuk mencegah penyebaran Covid-19, penyelundupan narkoba menjadi lebih sulit.

"Gabungan faktor ini memunculkan lonjakan insiden kekerasan di antara kelompok-kelompok kriminal yang saling bersaing," sebut de Mauleon.

"Para 'narcos' — istilah yang merujuk pada kartel narkoba — akan memperebutkan peluang kriminal yang langka," tambah de Mauleón dalam tulisannya.

Data statistik yang dikumpulkan surat kabar harian Meksiko, Milenio, tampaknya mendukung kekhawatiran de Mauleon.

Menurut Milenio, pada Maret lalu, jumlah kasus pembunuhan terorganisir terkait kejahatan narkoba di Meksiko mencapai taraf tertinggi dalam 13 tahun terakhir.

Di sejumlah kota perbatasan Meksiko-AS, yang secara historis identik dengan kekerasan kartel, tren seperti itu juga dirasakan.

Di Kota Ciudad Juárez, 153 orang tewas pada bulan Maret, lebih banyak dari bulan apa pun semenjak Agustus 2018, demikian laporan El Diario.

Penyelundupan obat-obatan terlarang selama pandemi Covid-19

Meskipun ada gangguan pada bisnis mereka, organisasi kriminal Amerika Latin masih berusaha memasok sejumlah besar obat-obatan terlarang melewati perbatasan.

Sepanjang 2020, aparat kepolisian Kolombia terlibat dalam operasi penyitaan sekitar 112 ton kokain, seperti dilaporkan harian Kolombia El Tiempo.

Pada 31 Maret, Angkatan Laut Kolombia mencegat kapal selam milik kelompok kartel narkoba di lepas pantai Samudra Pasifik yang membawa satu ton kokain untuk dikirim ke Amerika Serikat.

Kapal itu merupakan kapal selam ke-12 yang disita tahun ini.

Pihak berwenang Brasil juga mengakui kekuatan kelompok kriminal di banyak kawasan perkotaan.

Gangster-gangster berusaha menarik simpati

Kelompok kartel obat terlarang juga menanggapi wabah virus corona dengan mencoba menarik simpati warga lokal.

Mereka membuat skema bansos yang dibagikan kepada masyarakat yang menghadapi kehancuran ekonomi akibat pandemi. Sebagian besar menerima sedikit bantuan atau sama sekali tidak ada bantuan dari pemerintah.

Di antara sejumlah sindikat narkoba Meksiko yang dilaporkan telah membagikan paket makanan "persembahan" bos mereka adalah Kartel Generasi Baru Jalisco, Kartel Teluk, dan "Los Viagras".

Gangster lebih 'didengar' di lingkungan kaum miskin

Ilustrasi senjata api (Shutterstock).
Ilustrasi senjata api (Shutterstock).

Sejauh mana organisasi-organisasi kriminal mampu menggantikan fungsi negara di kawasan miskin di Brasil, menjadi isu penting yang diutarakan Luiz Henrique Mandetta, awal bulan ini, ketika masih menjadi menteri kesehatan Brasil.

Saat itu, dia meminta para pejabat setempat berbicara dengan para raja narkoba dan pemimpin kelompok kriminal tentang upaya menghentikan penyebaran virus corona.

Mandetta mengatakan pihak berwenang harus realistis tentang siapa yang berkuasa di lingkungan kaum miskin.

"Kita harus memahami bahwa kawasan ini merupakan kantong-kantong di mana negara sering absen dan yang bertanggung jawab adalah para pengedar narkoba," katanya.

Peluang pemerintah kembali mengambil alih

Sejumlah pengamat menduga bahwa terlepas dari upaya para kartel beradaptasi dengan kondisi saat ini, mereka telah mengalami pukulan keras akibat pandemi.

"Ada kemungkinan dalam beberapa minggu atau bulan ke depan, masa kelemahan terparah bagi kejahatan terorganisir akan tercapai, tepat pada saat negara memperluas perannya akibat keadaan darurat," tulis pakar keamanan Meksiko, Alejandro Hope, di harian Meksiko El Universal.

"Dan saat kehidupan di negara ini kembali normal, pola lama perdagangan ilegal dan kegiatan kriminal akan kembali," tambahnya.

"Tetapi mungkin keadaan ini bisa dioptimalkan dengan memunculkan kehadiran negara yang selama ini tidak pernah ada, membongkar kelompok utama kejahatan terorganisir, menumbangkan legitimasi mereka, serta memodifikasi hubungan antara warga, keamanan, dan aparat penegak hukum," papar Hope.

Kendati demikian, terlepas dari dampak jangka panjang terhadap mafia narkoba, dalam jangka pendek, upaya mereka untuk menghadapi krisis Covid-19 kemungkinan akan mendatangkan aksi kekerasan yang berkelanjutan, serta tantangan bertubi-tubi pada otoritas negara yang tengah kewalahan menghadapi darurat kesehatan di seluruh Amerika Latin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI