Makanan dan minuman yang disediakan oleh pemerintah India tidak pernah berubah jelas dia.
Pasokan yang akan diberikan oleh Kedutaan Besar RI untuk WNI pun dipersulit oleh petugas karantina.
"Kami seperti di penjara, pihak KBRI saja mau pasok kebutuhan kami hrus dapat izin dulu dari Kementerian Luar Negeri India, kan aneh pak akhirnya ada sudah kawan-kawan yang mandi samponya pake sabun batang," jelas dia kepada Anadolu Agency.
Berat badan, kata dia, turun 10-15kg karena depresi dengan keadaan karantina.
Baca Juga: Jajal Performa Gaming Samsung Galaxy S20 Ultra
"Kami hanya tertekan batin saja pak, karena masa karantina yang sebenarnya cuman 14 hari malah pemerintah India tambah 2 pekan lagi, tidak tahu maksudnya apa pak," tukas dia.
Seperti diketahui, jamaah Tabligh menceritakan 725 WNI tersebut sudah tiba di India sejak Januari 2020 untuk berdakwah di seluruh wilayah di sana.
Namun dengan adanya kebijakan lockdown dari pemerintah India itu, anggota Jamaah Tabligh tidak bisa kembali ke Indonesia. Padahal, kata dia, para jamaah telah mempersiapkan tiket dan kepulangannya ke Indonesia.
"Kita sudah punya tiket pulang sebenarnya dan semua perjalanan sudah direncanakan, tapi karena pemberlakuan lockdown yang terlalu lama sehingga menyusahkan kita semua, terlebih ada yang sudah beli dua kali tiket hangus juga tdak bisa digunakan dan sudah direschedule juga tidak bisa," kata Khairil Marzuq, dilansir lman Anadolu Agency, Kamis (23/4/2020).
Bahkan, ucap dia, pusat Jamaah Tabligh di Masjid Nizamuddin Markaz telah meminta pemerintah India membantu mengevakuasi jamaah yang berasal dari berbagai negara sebelum lockdown diberlakukan, namun tidak mendapat tanggapan.
Baca Juga: Jerman Beri Izin Uji Coba Vaksin Virus Corona Covid-19 Pada Manusia
"Kita sudah minta itu agar dibantu dan diberikan keringanan karena sebagian border state mereka ditutup, dan pihak Nizamuddin meminta agar mereka ini dibolehkan lewat," kata dia.