Turunnya Emisi Akibat Pandemi COVID-19 Tak Cukup Hentikan Perubahan Iklim

Syaiful Rachman Suara.Com
Rabu, 22 April 2020 | 20:27 WIB
Turunnya Emisi Akibat Pandemi COVID-19 Tak Cukup Hentikan Perubahan Iklim
Sejumlah orang berjalan di sepanjang Pelabuhan Orne, Antartika, Kamis (6/2/2020). Foto diambil tanggal 6 Februari 2020. Basis penelitian Esperanza di ujung utara semenanjung Antartika mencatat suhu 18,3 derajat Celcius (64,94 derajat Fahrenheit), rekor tertinggi menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Jumat (7/2), di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pemanasan global yang telah menyebabkan meningkatnya pencairan lapisan es di sekitar kutub selatan. ANTARA FOTO/REUTERS/Ueslei Marcelino/wsj.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Rabu (22/4/2020), mengatakan bahwa kemungkinan penurunan emisi gas rumah kaca akibat pandemi COVID-19 tidak akan cukup untuk menghentikan perubahan iklim.

Organisasi itu mendesak pemerintah untuk mengintegrasikan aksi iklim ke dalam rencana pemulihan pascapandemi.

Pandemi virus corona memang berpeluang besar untuk memicu penurunan emisi karbon dioksida tahunan terbesar sejak Perang Dunia Kedua. Akan tetapi WMO memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi di masa lalu telah dikaitkan dengan pertumbuhan emisi yang bahkan lebih tinggi daripada sebelum krisis.

"COVID-19 dapat menghasilkan pengurangan sementara emisi gas rumah kaca, tetapi itu bukan pengganti dari tindakan iklim berkelanjutan," bunyi pernyataan organisasi yang berbasis di Jenewa itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada peringatan 50 tahun Hari Bumi pada tahun 1970.

Baca Juga: Tak Bisa Beli Susu Bayi karena Krisis Virus Corona, Ibu Gantung Diri

"Kita perlu menunjukkan tekad dan kesatuan yang sama terhadap perubahan iklim seperti terhadap COVID-19," sambung Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas seperti dikutip Reuters.

WMO mengatakan, sejak tahun 1970, tingkat karbon dioksida naik 26%. Sejak saat itu suhu global rata-rata 0,86 derajat Celsius lebih tinggi.

WMO juga menerbitkan versi terbaru dari laporannya tentang Iklim Global, yang mengonfirmasi temuan awal bahwa periode 2015-2019 adalah periode lima tahun terhangat, dengan suhu global rata-rata meningkat sebesar 1,1 derajat Celcius sejak periode praindustri. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI