Suara.com - Muhammad Holik, suami dari Yuli Nur Amelia yang meninggal usai mengaku kelaparan dua hari tak makan hanya bisa pasrah meratapi nasib.
Kondisi perekonomiannya yang buruk ditambah kepergian istrinya membuat ia ingin menyusul sang istri ke pangkuan Ilahi.
Warga Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang ini biasa bekerja sebagai pemulung sehari-hari. Jauh sebelum virus corona merebak, keuangan Holik dan keluarga telah morat marit.
Corona semakin memperburuk keadaan. Kepergian sang istri membuat Holik semakin merasa terpukul.
Baca Juga: Sembako Kiriman Dikasih ke Janda Miskin, Marni: Kita Tak Mati Jika Berbagi
"Saya capek dari kemarin belum tidur. Mungkin saya mau nyusul (istri). Saya pasrah saja," kata Holik dikutip dari Bantenhits.com -- jaringan Suara.com, Rabu (22/4/2020).
Dalam pengakuan sang istri sebelumnya, selama dua hari ia dan mendiang istri beserta keempat anaknya tak makan. Untuk mengganjal rasa lapar, mereka hanya bisa meminum air mineral.
Sejak KLB corona di Banten telah ditetapkan, Holik tak lagi mendapatkan pendapatan. Untuk makan sehari-hari, Holik terpaksa mencabut pohon singkong yang di tanamnya di depan rumah.
"(Batangnya) ditancepin lagi (setelah dicabut), ditanam lagi," ungkapnya.
Namun, semua pohon singkong yang ditanamnya sudah habis dimakan. Holik dan keluarga terpaksa hanya minum air mineral dikala lapar menyerang.
Baca Juga: Gubernur Edy Perkirakan Banyak TKI dari Malaysia Mudik Melalui Sumut
Dua hari setelah membuat pengakuan tak bisa makan dua hari, Yuli meninggal dunia pada Senin (20/4/2020). Nyawanya tak tertolong saat dilarikan ke puskesmas setempat.
Sejak kepergian sang istri, keempat anak Holik dirawat oleh saudaranya. Anak sulungnya berusia 18 tahun hanya tamatan SMP.
Anak kedua Holik dan istri sudah putus sekolah hingga SMP, anak ketiga berusia 11 tahun duduk dibangku kelas 5 Sekolah Dasar. Sementara sang bungsu baru berusia 7 bulan.
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Banten mendesak agar Pemprov Banten bisa menjamin pendidikan empat anak Holik dan Yuli.