"Kami mengamati banyak simpatisan politisi sayap kanan memindahkan fokus ke China demi menutupi kesalahan Pemerintah AS," terang Ginsburg.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dinilai tidak tanggap dan terlambat dalam menangani penyebaran virus corona, meski sejak pertengahan Januari sudah diperingati oleh CDC, CIA dan lainnya.
Akibat pandemi COVID-19, gubernur negara-negara bagian tidak memiliki pilihan lain selain menetapkan aturan isolasi mandiri dan social distancing yang berujung banyak usaha rakyatnya gulung tikar.
Dalam satu bulan terakhir tercatat, 22 juta orang mendaftar untuk mendapat bantuan pengangguran. Angka itu menembus rekor baru dalam catatan Pemerintah AS.
Baca Juga: Penjual dan Pembeli Takjil Wajib Pakai Masker, Melanggar Akan Ditindak
"Jika AS ingin menuntut China, gugatan itu harus diajukan lewat forum internasional," kata Chim ne Keitner, profesor Hukum Internasional Fakultas Hukum Hastings, University of California, San Francisco.
"Tidak ada kewenangan hukum yang dapat mengadili gugatan tersebut di pengadilan AS," tambahnya.
Dilansir World0meters.info, Rabu (22/4/2020) pukul 16.30 WIB, sebanyak 819.175 warga AS terjangkit virus corona. Angka tersebut masih menempatkan AS di posisi teratas daftar negara dengan korban corona terbanyak.
Jumlah kematian di Amerika Serikat yang mencapai 45.343 orang juga tercatat sebagai yang terbesar di dunia. Hampir dua kali lipat dari Italia yang mencatatkan 24.648 kematian akibat corona.
Baca Juga: Trump Akui Tidak Tahu Kim Jong Un Sakit, Tapi Malah Bilang Begini